13 Cara Budidaya Cacing Dengan Baglog Jamur

Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah sebab tidak memiliki tulang belakang atau invertebrata. Sedangkan untuk cacing tanah termasuk dalam kelas oligochaeta dimana hewan ini bukanlah hewan yang asing untuk kehidupan manusia khususnya masyarakat pedesaan.

Namun ternyata, ada banyak manfaat dari cacing sehingga bisa dijadikan salah satu budidaya untuk menghasilkan uang tambahan.

Jenis cacing sendiri juga sangat beragam dan beberapa jenis cacing yang bisa dibudidayakan adalah lumbricus, pheretima dan juga perionu sebab bisa tumbuh dalam bahan organik dari pupuk kandang dan juga sisa tumbuhan.

Beberapa manfaat dari cacing tanah yang bisa dipergunakan diantaranya adalah untuk peternakan seperti pakan ikan, udang, unggas dan juga kodok, sebagai bahan baku obat seperti menurunkan demam, bronchitis, tekanan darah, sakit gigi dan sebagainya serta menjadi makanan manusia karena tinggi akan kandungan protein.

Berikut ini akan kami berikan cara budidaya cacing dengan baglog jamur yang bisa anda gunakan sebagai panduan dalam budidaya khususnya bagi pemula.

  1. Memilih Jenis Tanah

Tanah yang digunakan sebagai media hidup cacing haruslah mengandung bahan organik cukup banyak seperti daun daunan, kotoran ternak, tanaman atau hewan yang sudah mati yang sangat berbeda dengan cara ternak jangkrik di kardus.

Cacing tanah sangat menyukai beberapa bahan tersebut karena lebih mudah membusuk dan mudah dicerna oleh cacing. Cacing juga membutuhkan tanah yang sedikit asam hingga netral dengan pH 6 hingga 7.2 sehingga bakteri yang ada dalam tubuh cacing bisa bekerja lebih maksimal dalam pembusukan atau fermentasi. Sedangkan untuk kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan berkisar antara 15 hingga 30%.

  1. Memilih Lokasi Budidaya

Untuk lokasi budidaya cacing tanah ini diusahakan merupakan lokasi yang mudah dalam penanganan dan juga pengawasan agar tidak terkena sinar matahari langsung seperti contohnya dibawah pepohonan, tepi rumah atau dalam ruangan khusus yang permanen dengan atap dari bahan penghalang sinar matahari dan tidak menyimpan panas yang juga harus dilakukan dalam cara penangkaran semut rangrang.

Untuk suhu yang dibutuhkan adalah sekitar 15 hingga 25 derajat celcius. Sedangkan untuk suhu yang lebih tinggi yakni diatas 25 derajat celcius juga masih terbilang bagus asalkan memiliki naungan dan kelembaban baik.

  1. Menyiapkan Saran dan Peralatan

Untuk membuat kandang sebaiknya memakai bahan yang mudah dan murah seperti rumbia, bambu, papan bekas, ijuk, tanah liat dan juga genteng. Untuk contoh membuat kandang skala besar adalah 1.5 x 1.8 meter dengan ketinggian 0.45 meter.

Pada bagian dalam nantinya dibuat rak bertingkat untuk wadah pemeliharaan dan bangunan kandang bisa dibuat juga tanpa disertai dinding atau bangunan terbuka. Sementara untuk model sistem budidaya bisa dibuat dengan cara rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat dan juga pancing berjajar.

  1. Pembibitan Calon Induk

Langkah selanjutnya dalam budidaya cacing selain meramu media tumbuh, menyiapkan kandang cacing dan kandang pelindung adalah menyiapkan bibit calon induk berbeda dengan cara ternak ulat buat pakan burung.

Untuk ternak cacing tanah komersial sebaiknya memakai bibit yang sudah ada sebab jumlah yang dibutuhkan cukup banyak. Akan tetapi jika akan memulai dari skala kecil, maka bisa digunakan bibir cacing dari alam yakni dari tumpukan sampai membusuk atau tempat pembuangan kotoran hewan.

  1. Memelihara Bibit Calon Induk

Untuk pemeliharaan cacing nantinya akan disesuaikan dengan tempat yang akan digunakan. Cacing yang dipilih adalah cacing muda dan dewasa. Apabila sarang memiliki ketinggian sekitar 0.3 meter, panjang 2.5 meter dan juga lebar sekitar 1 meter, maka bisa digunakan untuk menampung sekitar 10 ribu ekor cacing dewasa.

Pemeliharaan nantinya akan dimulai dari jumlah kecil dan jika sudah bertambah, maka sebagian cacing akan dipindahkan pada wadah lain. Untuk memelihara kokon hingga anak, maka sesudah dewasa akan dipindahkan pada wadah lain tempat pemeliharaan cacing dewasa khusus untuk bibit.

  1. Sistem Pengembangbiakan

Jika media pemeliharaan sudah dipersiapkan dan bibit cacing sudah cukup, maka penanaman bisa dilakukan dalam wadah pemeliharaan berbeda dengan cara berternak ulat bumbung.

Bibit cacing yang sudah ada tidak dimasukkan dalam media secara sekaligus namun harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit diletakkan diatas media kemudian akan diamati apakah akan masuk ke dalam media atau tidak. Jika bibit sudah terlihat masuk, maka bibit cacing lain boleh untuk dimasukkan.

  1. Pengamatan

Setiap 3 jam sekali, nantinya akan dilakukan pengamatan seperti kemungkinan cacing yang berkeliaran di permukaan atau meninggalkan wadah namun tidak perlu dilakukan dalam cara ternak ulat sutra.

Jika dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah, maka cacing sudah cocok dengan media. Akan tetapi jika cacing masih berkeliaran di permukaan media, maka menjadi pertanda jika cacing tidak cocok dengan media tersebut sehingga harus diganti dengan yang baru serta menyiram dengan air dan peras hingga air perasan sudah terlihat bening atau tidak berwarna hitam atau coklat tua.

  1. Reproduksi dan Perkawinan

Cacing merupakan hewan hermaprodit yakni memiliki kelamin ganda, jantan dan betina dalam satu tubuh tidak seperti cara cepat ternak ulat kandang. Akan tetapi untuk pembuahan tidak bisa dilakukan dengan sendiri.

Nantinya perkawinan dari sepasang caing akan menghasilkan satu kokon yang berisi telur. Kokon akan berbentuk lonjong dengan ukuran sekitar sepertiga dari kepala korek api. Kokon ini harus diletakkan pada tempat lembab dan dalam waktu antara 14 hingga 21 hari maka akan menetas.

Setiap kokon nantinya akan menghasilkan 2 hingga 20 ekor namun untuk rata ratanya adalah 4 ekor. Untuk perkiraan, dari 100 ekor cacing nantinya bisa menghasilkan sekitar 100 ribu cacing dalam jangka waktu 1 tahun. Cacing nantinya akan tumbuh dewasa sesudah berumur 2 hingga 3 bulan yang bisa terlihat dari adanya klitelum atau gelang pada tubuh bagian depan. Selama 7 hingga 10 hari sesudah perkawinan cacing dewasa akan menghasilkan 1 kokon.

  1. Pemberian Pakan

Cacing harus diberikan pakan satu kali sehari yakni pada malam hari sebanyak berat cacing yang dibudidayakan sama seperti budidaya cacing sutra di kolam terpal. Jika cacing berjumlah 1 kilogram, maka pakan yang harus diberikan berjumlah 1 kilogram juga. Makanan cacings ecara umum adalah semua jenis kotoran hewan kecuali jika kotoran hanya digunakan sebagai media saja. Yang harus diperhatikan pada pemberian pakan diantaranya adalah:

  • Pakan harus berbentuk bubur atau bubuk dengan cara diblender.
  • Bubur atau bubuk kemudian ditaburkan merata diatas media namun tidak sampai menutupi permukaan media.
  • Sekitar 2 hingga 3 hari wadah tidak ditaburi dengan paka.
  • Pakan akan ditutup dengan plastik, karung dan bahan lain yang tidak tembus cahaya.
  • Pemberian pakan selanjutnya, jika masih ada pakan yang tersisa makan harus diaduk kembali dan jumlah pakan yang akan diberikan dikurangi memakai perbandingan air 1:1.
  1. Penggantian Media

Media yang sudah menjadi cascing atau tanah atau sudah terdapat banyak kokon atau telur maka harus diganti. Agar cacing bisa berkembang biak dengan baik, maka telur, anak dan juga induk harus dipisahkan dan dipelihara dalam media barru. Sedangkan untuk rata rata penggantian media akan dilakukan dengan jangka waktu 2 minggu.

  1. Proses Bertelur

Bahan yang akan digunakan sebagai media sarang adalah kotoran hewan, daun daunan, buah buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kardus, kayu, koran atau bubur kayu seperti pada cara budidaya cacing tambak. Bahan bahan nantinya akn dipotong potong sekitar 2.5 cm kecuali kotoran ternak. Kemudian bahan akan dicampur dan ditambahkan dengan air lalu diaduk kembali.

Bahan campuran dan juga kotoran hewan akan diaduk menjadi satu memakai presentasi perbandingan 70:30 ditambah kembali dengan air secukupnya agar tetap basah.

  1. Penanggulangan Hama dan Penyakit

Untuk keberhasilan budidaya, maka pengendalian hama dan juga penyakit sangat penting dilakukan,. Beberapa hama dan pengganggu cacing diantaranya adalah lintah, katak, tikus, tupai, lalat, itik, ular, ayam, katak, kutu dan lain sebagainya. Sementara hama paling utama adalah semut merah sebab akan memakan cacing karena kandungan lemak dan karbohidrat yang sangat tinggi. Untuk langkah pencegahan, maka di sekitar wadah pemeiharaan bisa diberikan air secukupnya.

  1. Panen

Dalam budidaya cacing termasuk budidaya cacing sutera tanpa lumpur, ada dua jenis hasil yang bisa diperoleh yakni biomas atau cacing dan juga cascing atau bekas cacing.

Untuk panen cacing bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti memakai alat penerangan berupa lampu neon, bohlam atau lampu petromaks sebab cacing sangat sensitif dengan cahaya dan nantinya akan berkumpul pada permukaan media sehingga bisa dipanen lebih mudah. Kemudian akan dilanjutkan dengan membalikkan media dan memisahkan cacing yang masih tertinggal.

Apabila saat panen terlihat kokon atau kumpulan telur, maka sarang tersebut harus segera dikembalikan pada wadah dan diberikan pakan kembali selama 30 hari sebab nantinya akan menetas kembali dan bisa diambil kemudian dipindahkan dalam wadah pemeliharaan baru dan cascing bisa siap panen.