Cara Bunglon Beradaptasi dengan Lingkungan

Selayaknya manusia, hewan juga mempunyai cara untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan. Salah satunya adalah bunglon, hewan sejenis reptile yang hidup di alam liar.

Cara Bunglon Beradaptasi dengan Lingkungan ini memang sangat unik, tidak semua orang tahu. Hewan ini mempunyai kecepatan tinggi ketika menuai saat-saat yang cukup darurat bagi dirinya sendiri. Setiap makhluk hidup tentu saja berusaha keras menghindar dari musuh yang sifatnya merusak. Binatang ini mempunyai ciri fisik dengan lidah panjang dan cocok di sebut dengan penyamar ulung.

Setiap kali ada orang yang ingin menangkapnya, mereka selalu di butakan dengan warna bunglon yang telah berubah. Bagi sebagian orang awam mungkin hal ini di kaitkan dengan cara bunglon yang sengaja kabur. Padahal binatang tersebut masih di sekitar, hanya saja ia tak terlihat. Ibaratkan cicak, hewan kecil yang banyak di benci orang akibat geli ini mampu menyesuaikan diri dari mangsa dengan ototomi. Apa itu?

Ototomi merupakan cara beradaptasi cicak terhadap musuh dengan cara memutuskan ekornya. Perhatikan saja ketika anda hendak memburu si cicak, biarpun kelihatannya anda telah berhasil menangkap tetapi yang anda terima hanyalah potongan ekor saja sementara tubuhnya terus berjalan lolos.

Cara Bunglon Beradaptasi dengan Lingkungan menggunakan metode Mimikri adalah trik melindungi dirinya dari musuh, yakni merubah warna tubuh menyerupai tempat yang di tempatinya.

Pada saat bunglon berada di pohon maka warnanya akan berubah menjadi kecoklatan, jika ia hinggap pada dedaunan maka warna yang terjadi adalah hijau. Perubahan warna kulit pada bunglon inilah yang disebut Mimikri. (Baca Juga: Cara Penangkaran Jalak Kebo)

Seperti yang dituliskan oleh National Geographic melalui penelitian yang telah dilakukan pada bulan September 2015 tahun yang lalu menyatakan bahwa bunglon merubah warna kulitnya karena suhu, lingkungan, dan suasana hati. Artinya lingkungan bukan satu-satunya faktor dalam mimikri bunglon atau dengan kata lain perubahan warna tersebut bukan karena bunglon ingin melarikan diri dari musuh.

Setiap orang tentu pernah melihat bunglon dengan warna jingga atau kemerahan. Ada yang menganggap kalau itu merupakan jenis bunglon yang lain. Faktanya setiap ada bunglon dengan warna tersebut, justru si lidah panjang ini malah seolah menantang orang-orang yang ada di sekitarnya. Ini menandakan bahwa suasana hatinya dalam kegelisahan, sehingga warna merah mengartikan bunglon yang siap untuk bertarung.

Sedangkan pada saat bunglon merubah warna menjadi hitam berarti tunduk pada pemenang alias kalah. Bisa di simpulkan bahwa warna hijau merupakan corak yang dominan ketika bunglon sedang santai. Sedangkan pada saat musim kawin warna merah salem akan menjadi warna dominan bagi bunglon yang sedang birahi. (Baca Juga: Cara Mengatasi lovebird over birahi)

Perubahan warna ini terjadi secara bervariasi tergantung dari individu serta spesiesnya. Misalnya, Bunglon Panther (Furcifer pardalis) memerlukan waktu dari 30 detik hingga 2 menit. Proses ini terjadi dipengaruhi oleh ketebalan, jarak, serta indeks bias dari kristal nano transparan yang berada di lapisan kulit jangat. Saat ini spesies bunglon sudah terancam dan berada dalam catatan spesies kritis-IUCN.

Bukankah bisa di katakan hutan jika terdapat hewan yang masih singgah? Namun apabila spesies binatang perlahan hilang apakah layak di sebut hutan? Sementara bumi ini butuh sekali hutan sebagai penanggulangan banjir. Bayangkan saja bila yang terjadi di kemudian masa adalah gedung-gedung tinggi. Terkait hal ini, perburuan liar sangat menjadi keprihatinan tersendiri bagi semua binatang.

Sebagai manusia yang bijak sudah selayaknya kita saling menghargai semua makhluk hidup, dan biarkan mencari masanya sendiri. Sama halnya bunglon, sejenis reptile yang berwarna cantik ini membutuhkan waktu berkembang biak. Biarkan bunglon hidup bebas dan membiasakan diri untuk merubah warna kulitnya. (Baca Juga: Penyakit Kulit Pada Kucing)

Bicara kembali soal mimikri, vertebrata sendiri dibina atas 2 lapis utama yaitu epidermis dan dermis. Terjadinya epidermis tumbuh akibat lapisan terdalam yang terdiri dari sel-sel benih epitel dan terus bermitosis seumur hidup. Tujuannya adalah untuk menghasilkan sel baru yang bergerak ke arah luar.

Lalu di bagian terdalam sel epidermis terdapat melanosit, yakni sel yang berisikan pigmen melanosit. Pada populasi bunglon berkulit gelap, melanosit ada yang bisa menerobos sampai ke dermis. Pada vertebrata tinggi melanosit akan berbentuk tetap sedangkan pada vertebrata rendah meliputi Pisces, Amphibi, Reptilia dapat berubah bentuk amoeboid.

Sehingga, dengan proses melanosit inilah seekor hewan dapat mengatur warna kulitnya sendiri, dan tentunya hal ini sangat menguntungkan untuk mereka secara individual.

Tidak sedikit orang menganggap bahwa mimikri sama seperti kamuflase. Padahal secara garis besar keduanya berbeda dari cara kerja sel jaringan dalamnya. Namun untuk hasilnya keduanya sama, perubahan warna kulit. Mimikri adalah proses adaptasi bunglon atau hewan lainnya lantaran pigmen kulit sesuai dengan tempat yang sedang ia tempati. Cara ini bertujuan untuk melindungi diri dari predator dan cara untuk menerka mangsa.

Sedangkan kamuflase adalah sebuah trik bunglon dengan menyamakan warna kulit dengan lingkungan sekitar untuk mendapatkan perlindungan dirinya sendiri. Lebih singkatnya, mimikri bisa di katakan sebagai suatu Cara Bunglon Beradaptasi dengan Lingkungan atau berkamuflase. (Baca Juga: Cara Memelihara Bunglon Kebun)