Cacing tanah memiliki banyak spesies, beberapa di antaranya bisa dibudidayakan untuk suatu tujuan, seperti untuk pakan ternak, bahan baku obat-obatan, dan juga kosmetik. Jenis-jenis yang kerap dibudidayakan adalah Lumbricus, Perionyx, dan Pheretima. Di bidang pertanian cacing mampu menghancurkan bahan organik dan memperbaiki struktur tanah. Hal ini menjadikan lahan pertanian lebih subur dan memperbaiki penyerapan nutrisi pada tanaman. Selain itu, cacing tanah juga akan memaksimalkan populasi mikroba yang bernilai positif bagi tanaman.
Dalam penggunaannya untuk pakan ternak, cacing tanah terdiri dari kandungan protein, mineral, dan juga lemak. Dengan adanya kandungan ini maka cacing tanah sangat cocok dijadikan pakan ikan, unggas, dan juga udang. Cacing tanah juga bisa digunakan sebagai bahan obat-obatan, lantaran cacing dipercaya mampu menurunkan demam, sakit gigi, tipus, dan juga menurunkan tekanan darah. Sementara untuk bidang kosmetik, cacing tanah bisa digunakan untuk bahan baku lipstick, dan juga melembabkan kulit.
Dari tiga jenis cacing tanah yang telah dituliskan di atas, maka jenis yang paling baik dan banyak dibudidayakan adalah jenis Lumbricus rubellus. Jenis ini memiliki karakteristik yang tidak banyak bergerak yang berarti mudah untuk digemukkan. Selain itu, cacing tanah jenis ini memiliki vitalitas yang paling unggul dari yang lain. Dari unggulnya vitalitas tersebut cacing tanah jenis ini bisa menghasilkan telur yang lumayan banyak.
Pada artikel ini, kami akan memberikan informasi bagaimana merawat cacing tanah untuk tujuan budidaya. Selain itu, Anda juga bisa membaca cara ternak cacing merah yang telah kami tulis pada website ini. Semoga artikel ini bisa membantu Anda yang sedang berencana ingin membudidayakan cacing tanah. Berikut ini adalah tahapan atau cara budidaya cacing tanah:
1. Menyiapkan Peralatan dan Media
Pertama-tama Anda harus menyiapkan peralatan untuk membuat kandang atau tempat untuk cacing tanah. Gunakanlah peralatan yang terdiri dari bahan-bahan yang mudah didapat dan memiliki harga murah. Anda bisa menggunakan papan bekas, bambu, maupun genteng bekas yang terbuat dari tanah liat, kemudian buatlah model kandang sederhana, contohnya model bertingkat dan terbuka tanpa dinding.
Sedangkan untuk medianya, sediakanlah tanah yang mengandung banyak bahan organik, seperti dedaunan atau kotoran ternak. Untuk pH-nya, cacing tanah bisa hidup pada pH sekitar 6-7,2 agar mampu bekerja optimal untuk melakukan pembusukan. pH jenis ini tergolong asam mencapai netral. Sediakan pula suhu lingkungan sekitar 15-25 oC atau usahakan mengatur kelembabannya agar tetap sesuai, seperti mengupayakan agar tidak terkena sinar matahari langsung. Anda juga bisa membaca cara budidaya cacing dengan baglog jamur yang telah kami tulis pada website ini.
2. Memulai Pembibitan
Untuk tahap ini beberapa hal harus dilakukan secara teliti agar hasil panen bisa maksimal. Di antaranya adalah memilih bibit calon induk. Dalam hal ini pilihlah bibit yang sudah tersedia dalam jumlah besar, seperti jenis Lumbricus rubellus. Anda bisa membelinya di tempat yang menyediakan bibit cacing tanah. Setelah bibit tersedia, maka langkah selanjutnya adalah pemeliharaan bibit calon induk. Pemeliharaan bisa dilakukan untuk skala kecil dulu, jika jumlahnya sudah bertambah banyak maka bisa dipindahkan ke tempat yang lebih besar.
Tahap selanjutnya adalah pemuliabiakan. Tahap ini dilakukan apabila media telah siap dan bibit cacing tanah juga sudah tersedia dari tahap sebelumnya. Jika demikian, maka penanaman sudah bisa dilakukan di tempat pemeliharaan yang berisi media. Tetapi, perlu diingat, bahwa bibit cacing tanah tersebut tidak sekaligus dimasukkan ke media, akan tetapi dilakukan sedikit demi sedikit sebagai tahap percobaan untuk melihat hasil awalnya. Amatilah setiap tiga jam sekali untuk melihat apakah bibit tersebut benar-benar masuk ke dalam media. Jika dalam waktu 12 jam bibit tersebut tidak meninggalkan media maka artinya media tersebut cocok dengan bibit cacing tanah yang digunakan. Namun, jika yang terjadi adalah sebaliknya maka segera sediakan media baru.
3. Memasuki Tahap Reproduksi
Tujuh hingga sepuluh hari setelah cacing dewasa masuk pada tahap ini maka Anda akan melihat hasil perkawinan cacing-cacing berupa satu kokon yang bentuknya lonjong. Kokon ini berisi telur-telur yang dalam waktu 14-21 hari akan menetas dan menghasilkan hingga 20 ekor anak cacing. Anak cacing ini akan dewasa bila sudah ada tanda berbentuk gelang pada bagian depan anatomi tubuhnya, jika tanda ini sudah terbentuk bisa diperkirakan cacing sudah memasuki usia dua hingga tiga bulan. Bayangkan, jika Anda mengawinkan 100 ekor cacing tanah dewasa, maka akan menghasilkan 100.000 anak cacing tanah selama satu tahun. Anda juga bisa membaca tips budidaya cacing susu bagi pemula yang telah kami tulis pada website ini.
4. Melakukan Pemeliharaan
Anda bisa memelihara cacing tanah dengan memberinya pakan setiap hari dan juga mengganti medianya secara rutin. Untuk pemberian pakan, Anda bisa menggunakan kompos dari sisa sayuran maupun memilih bahan-bahan yang bersumber dari bahan organik lainnya. Pastikan konsistensinya benar-benar halus dengan melakukan teknik fermentasi. Konsistensi pakan yang bagus adalah yang berbentuk seperti bubur agar memudahkan proses pencernaannya.
Sebenarnya, pakan yang paling bagus untuk budidaya cacing tanah adalah kotoran ternak dengan perbandingan 1:1, yaitu 1 kg pakan untuk 1 kg cacing tanah. Disarankan agar sebaiknya tidak monoton memberikan pakan yang sejenis saja, cobalah untuk memberikan kompos sayur, kompos daun kering, maupun kotoran ternak secara bergantian. Anda juga bisa membaca artikel tentang cara budidaya cacing dengan kotoran sapi yang telah kami tulis pada website ini.
Untuk penggantian media sebaiknya dilakukan apabila sudah mencapai waktu dua minggu, dan apabila konsistensi media yang lama sudah keras atau sudah menjadi tanah, serta apabila sudah terdapat banyak kokon di dalamnya. Kokon dan anak cacing yang telah menetas segara dipindahkan ke media baru dan dipisahkan dari induknya. Hal ini dilakukan agar induk cacing bisa cepat berkembangbiak kembali.
5. Proses Kelahiran
Setelah masuk pada proses kelahiran, maka sebaiknya Anda menyediakan media baru yang bisa digunakan sebagai sarang. Pilihlah media yang masih terbuat dari bahan organik, seperti dedaunan, limbah rumah tangga, kayu yang sudah lapuk, kertas bekas, maupun kotoran ternak. Semua bahan untuk pembuatan media yang baru ini dicampur hingga menjadi satu dengan persentase 70 persen bahan dan 30 persen air agar media tetap basah.
Selama proses pemeliharaan ini cacing tanah bisa berkembang dan tumbuh semakin besar, bahkan mendekati gemuk. Hal ini akan berdampak positif jika Anda melakukan budidaya cacing tanah untuk pakan ternak, karena pakan yang memiliki nilai gizi serta nutrisi yang baik. Anda juga bisa membaca cara budidaya cacing sutra yang telah kami tulis pada website ini.
Hal yang paling memengaruhi keberhasilan cara budidaya cacing tanah adalah media tanah yang digunakan tidak boleh sembarangan. Maka sebaiknya perhatikan cara pembuatan media sejak awal agar menghasilkan hasil yang maksimal. Selain itu, keberhasilan budidaya. Semaksimal mungkin Anda harus meminimalisir gangguan hama seperti semut, kumbang, burung pemangsa, lipan, ternak ayam, dan segala jenis hewan pemangsa lainnya.