Penyebab Kelangkaan Anoa

Pernah mendengar hewan anoa ? Yap, hewan ini merupakan salah satu satwa endemik yang dimiliki Indonesia dan tepatnya berhabitat di Sulawesi. Kebanyakan satwa endemik berada dalam status dilindungi dan terancam punah. Apa yang menyebabkan keberadaan hewan-hewan ini menjadi langka dan nyaris punah ? Bukankah keberadaan hewan-hewan ini harus dijaga bersama sebagai kekayaan alam dan sesuatu yang dapat diwariskan pada generasi selanjutnya ? Mari simak alasan yang menjadi penyebab kelangkaan anoa berikut ini, agar dapat menambah wawasan sehingga dapat membantu menjaganya.

Indonesia memiliki dua jenis spesies endemik anoa yaitu anoa pegunungan dan anoa dataran rendah. Anoa ini merupakan satwa endemik Sulawesi yang dikelompokkan sebagai salah satu hewan peralihan yang berhabitat asli di wilayah garis Wallace. 

Anoa masih memiliki kekerabatan yang dekat dengan sapi, kerbau dan banteng. Keempat hewan kaki empat ini berasal dari familia yang sama yaitu Bovidae. Kekerabatan anoa paling dekat dengan kerbau karena berasal dari genus yang sama yaitu Bubalus. Namun sayang, kini keberadaan hewan ini sangat langka dan nyaris punah. Keberadaannya di alam liat bahkan mungkin tidak mencapai 5000 ekor. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab anoa semakin langka :

Pemburuan Tak Bertanggung Jawab

Manusia sering kali melakukan pemburuan dan menangkap berbagai jenis hewan untuk dimanfaatkan daging, kulit bahkan tanduknya. Pemburuan bahkan kadang didasari ketamakan dan hanya untuk memuaskan kepentingkan diri sendiri tanpa memikirkan risiko yang akan dihadapi hewan tersebut. Pemburuan pada anoa sering kali dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan dagingnya. Bahkan tanduk anoa pun menjadi perebutan dan digunakan sebagai hiasan dengan nilai jual yang tentu saja tidak murah.

Mahalnya nilai dari anoa inilah yang menjadikan manusia tidak bertanggung jawab dalam melakukan pemburuan terhadap anoa.

Pembukaan Lahan dan Kehilangan Habitat Asli

Sulawesi masih memiliki hutan tropis dengan ukuran yang sangat luas. Namun kini, kepekaan manusia dalam melihat peluang menjadikan wilayah-wilayah ini mulai dibuka untuk dapat dimanfaatkan dan memberikan hasil pada manusia.

Pembukaan lahan dilakukan pada hutan yang awalnya tidak terjamah manusia. Hutan-hutan dengan luas berhektar-hektar mulai ditebang pohonnya dan dibuka lahannya agar manusia bisa memanfaatkan lahan tersebut untuk kepentingan seperti pembuatan lahan sawit atau hal lainnya.

Pembukaan lahan ini menggusur habitat asli anoa. Anoa yang habitatnya tergusur tidak memiliki pilihan lain selain pergi meninggalkan rumahnya. Kemungkinan yang bisa dihadapi anoa adalah tersesat di pemukiman penduduk. Dan ketika hal itu terjadi, anoa akan menghadapi pembunuhan yang dilakukan manusia. Hal ini bisa saja dilakukan manusia karena merasa terancam oleh keberadaan anoa yang agresif. Sedangkan anoa berperilaku demikian juga karena merasa dirinya terancam. Di habitat asli, anoa tidak memiliki predatoe utama. Tidak dapat dipungkiri, manusia adalah predator utama anoa. 

Kehilangan Makanan

Dengan pembukaan lahan dan penebangan hutan menjadikan tempat bergantung hidup anoa menghilang. Anoa sebagai satwa yang hidup di pedalaman hutan dan jauh dari pemukiman manusia, sudah tentu menggantungkan hidupnya dengan hasil hutan. Ketika hutan ditebang selain kehilangan rumah, anoa tentu saja akan kehilangan sumber makanannya. Anoa tidak akan serta merta mencari makanan ke pemukiman manusia karena sifatnya yang pemalu yang tidak senang berinteraksi dengan manusia.

Kehilangan hutan bagi anoa berarti kehilangan segalanya. Ketika anoa kehilangan hutan mereka secara otomatis juga kehilangan sumber makanan. Hilangnya hutan tempat anoa bernaung akan membuat anoa stress dan merasa tertekan. Selain itu kehilangan sumber makanan akan membuat anoa kelaparan dan tidak akan menunggu waktu lama untuk anoa juga kehilangan nyawanya karena tidak lagi ada makanan.

Konsumsi Manusia

Di Sulawesi, daging anoa kerap dikonsumsi dan memiliki penggemar tersendiri. Di Sulawesi Utara khususnya Minahasa dengan penduduk dominan beragama Kristen, secara pandangan agama mereka tidak memiliki pantangan untuk mengkonsumsi daging anoa ini. Kemudian di bagian Sulawesi lain, umat muslim berpandangan bahwa anoa disamakan dengan sapi, sehingga mereka pun dapat mengkonsumsinya. 

Sehingga tidak dapat dipungkuri, kebiasaan manusia untuk mengkonsumsi daging anoa ini menjadi salah satu penyebab kelangkaan anoa terjadi di Sulawesi.

Karakteristik Anoa

Anoa adalah hewan yang sensitif, pemalu dan soliter. Sering kali anoa hidup sendiri atau hanya berpasangan. Selain itu, anoa juga merupakan satwa yang agresif serta sering kali hidup nomaden dan tinggal di hutan lebat yang sulit ditemukan oleh manusia. Sehingga kemampuan manusia untuk melakukan penangkaran atau upaya untuk mengembangbiakan satwa ini menjadi lebih sulit dan bahkan tidak mungkin.

Anoa salah satu hewan yang sulit dijinakkan, sehingga tidak memungkinkan manusia melakukan proses domestikasi. Sedangkan, perkembangbiakan alami anoa tergolong rendah. Anoa betina yang siap untuk bereproduski berada dikisaran usia 3 hingga 4 tahun. Dan pada setiap musim kawin, anoa betina biasanya hanya melahirkan satu ekor anak. Sangat jarang ditemukan kejadian anoa melahirkan lebih dari satu ekor. Dan dalam satu tahun, anoa biasanya hanya hamil dan beranak satu kali. Hal ini semakin menunjukkan rendahkan perkembang biakan anoa dan menjadikan populasinya sulit bertambah.