Hewan Khas Nusa Tenggara Timur

Apa yang terlintas ketika mendengar hewan endemik dari Nusa Tenggara Timur ? Komodo, tentu saja. Komodo bahkan bukan hanya terkenal di daerah asalnya, namun juga membawa bangga nama Indonesia karena memiliki komodo sebagai salah satu hewan endemik dari salah satu wilayah Indonesia. Komodo sangat terkenal bahkan hingga mancanegara. Apakah hewan endemik NTT hanya komodo saja ? Tidak. Tambah wawasanmu untuk mengetahui hewan apa saja yang menjadi endemik dari NTT.

Nusa Tenggara Timur atau kerap disingkat NTT adalah bagian timur dari Kepulauan Nusa Tenggara, Indonesia. Ibu kota dari provinsi ini adalah Kupang. Mayoritas penduduk NTT ada pemeluk agak Kristen baik Katolik maupun Protestan. Hidup berdampingan juga dengan agama lainnya.

NTT yang terdiri dari wilayah kepulauan dengan kurang lebih 1200 pulau dengan pulau utama terbesarnya berjumlah 3 pulau yaitu Pulau Flores, pulau Sumba dan pulau Timor. Namun sayang, NTT menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kemajuan yang tergolong rendah. NTT masih menghadapi masalah air bersih, gizi buruk dan tingkat pendidikan yang rendah. Namun diluar itu semua, NTT memiliki daya tarik luar biasa yang bahkan dilirik oleh seluruh dunia.

Salah satu daya tarik NTT selain keindahan alamnya adalah satwa endemik yang dimilikinya. Wilayah yang masih cukup asri dan kesadaran manusia untuk memelihara dan menjaga kelestarian satwa menjadikan satwa endemik NTT ini masih ada hingga kini. Berikut adalah hewan khas dari provinsi Nusa Tenggara Timur :

Komodo (Varanus komodoensis)

Komodo merupakan spesies terbesar dari familia Varanidae dan sekaligus menobatkan diri sebagai kadal terbesar yang masih hidup di dunia. Komodo dalam bahasa setempat di NTT juga disebut dengan ora atau biawak komodo.

Ukuran komodo bisa mencapai 2 hingga 3 meter dengan bobot tubuh mencapai 100kg. Komodo adalah predator karnivora yang di dalam rantai makanan menduduk tempat sebagai puncak predator. Karena ukuran yang besar dan keganasannya, hingga kini belum diketahui ada hewan lain yang menjadikan komodo sebagai mangsa. Komodo terberat pernah ditemukan dengan bobot 166kg dengan panjang 3.13 meter.

Panjang ekor komodo kurang lebih sama dengan panjang badannya. Komodo memiliki gigi-gigi tajam dengan ukuran 2,5cm dengan jumlah mencapai 60 buah. Ukuran komodo jantan umumnya lebih besar daripada komodo betina. Liur komodo masih sering menjadi perdebatan karena kepekaannya dan bisa yang terkandung di dalamnya.

Komodo merupakan satwa soliter dan biasanya berkumpul hanya ketika memasuki musim kawin atau saat memakan buruan. Komodo adalah karnivora pemakan daging namun lebih sering memakan bangkai. Kecepatan berlari jangka pendeknya pun cukup cepat mencapai 20km/jam dan komodo juga dalam menyelam hingga 4,5 meter dalamnya.

Komodo dapat hidup panjang bahkan hingga mencapai usia 50 tahun. Musim kawin komodo biasanya terjadi pada bulan Mei hingga Oktober. Ketika sudah bertelur, komodo biasanya akan meletakkan telurnya di dalam lubang galian sarang dan mengeraminya 7 hingga 8 bulan.

Komodo menjdi satwa yang sangat langka dan rentan terhadap kepunahan. Sehingga kini upaya yang dilakukan adalah membangun balai konservasi dan taman nasional di habitat asli satwa ini agar dapat melindunginya dari perburuan.

Tikus Raksasa Flores (Papamygos armandvillei)

Tikus ini merupakan satwa pengerat dari familia Muridae dan satu-satunya spesies tersisa dari genus Papamygos. Tikus ini hidup dan berhabitat asli di Pulau Flores. Tikus raksasa flores ini memiliki ukuran tubuh mencapai 2 kali lipat dari tikus got biasanya dengan panjang badan 41 hingga 45cm dan panjang ekornya mencapai 33 hingga 70cm. Dengan ukuran badan 2kali lipat tikus biasany, bobot tikus raksasa flores ini dapat mencapai 8kali lipat bobot tikus biasanya. Bobot tikus ini mampu mencapai 2,5kg.

Tikus ini berada dalam status satwa langka dan rentan punah. Kelangkaan tikus ini salah satunya karena ia menjadi mangsa dari anjing dan kucing liar. Tikus ini memiliki bulu berwarna hitam pekat dan gigi-gigi geraham yang tersusun rapi yang menunjukkan bahwa hewan ini merupakan pemakan serangga, dedauan hingga buah-buahan.

Elang Flores (Spizaetus floris)

Elang flores merupakan salah satu elang karnivora endemik milik Indonesia tepatnya hidup di Pulau Flores. Burung ini awalnya disamakan dengan elang brontok, namun setelah melakukan pengujian genetika didapati hasil bahwa burung ini merupakan spesies yang berbeda.

Burung elang flores ini tergolong elang berukuran besar dengan ukuran tubuh sekitar 60 hingga 79cm. Burung elang ini kadangkala dianggap sebagai hama oleh petani sekitar karena elang flores kerap memangsa ayam milik warga. Selain ayam, elang ini juga memakan ular, kadal dan mamalia kecil lainnya. 

Musim kawin burung ini biasanya terjadi ketika musim kemarau. Burung elang flores akan membentuk sarang di pohon-pohon tinggi atau di dalam kayu pohon besar. Populasi burung ini juga termasuk dalam kategori langka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan disebutkan populasi burung ini hanya berkisar 100 pasang yang tersebar di Flores dan Sumbawa. Habitatnya berada di hutan hujan dataran rendah.