Apabila sapi betina dewasa dan dara mengeluarkan darah bercampur lendir pada bagian vulva, maka Anda tidak perlu khawatir karena hal ini merupakan fenomena yang wajar. Trimberger (1941) mencatat bahwa 90% sapi dara dan 61% sapi betina dewasa mengalami fenomena ini.
Fenomena ini dikenal juga sebagai pendarahan metestrus, yang menunjukkan bahwa sapi telah memasuki fase metestrus.
Apabila pendarahan tidak keluar melalui vulva melainkan anus, maka Anda harus sangat waspada. Pendarahan pada saluran pencernaan dapat disebabkan oleh banyak hal dan mengindikasikan salah satu jenis penyakit sapi. Beberapa diantaranya adalah infeksi salmonella, pendarahan saluran pencernaan, dan toksin.
Berikut penjelasan penyebab sapi betina keluar darah:
1. Siklus Birahi
Siklus birahi (estrus) pada sapi menyerupai mamalia pada umumnya dan terdiri atas empat periode, yakni prosestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Periode ini berlangsung rata-rata selama 21 hari, dimulai sejak betina dara memasuki masa pubertas.
Mengenal periode estrus ini akan mempermudah Anda untuk melakukan inseminasi buatan, tentunya dengan memilih sapi betina yang baik dan memperhatikan proses inseminasi buatan pada sapi. Berikut siklus birahi sapi:
Proestrus
Proestrus (pre-standing heat) merupakan periode persiapan estrus. Periode ini berkisar 1-2 hari. Pada periode proestrus, sapi tidak selalu menunjukkan tanda-tanda birahi. Beberapa tanda bahwa sapi akan birahi ialah sapi terlihat kelelahan dan cemas.
Sapi yang akan memasuki masa birahi biasanya akan tetap berdiri ketika kawanannya terlihat beristirahat. Terlihat pula perubahan pada vulva sapi seperti mulai terjadi pembengkakan vulva, kemerahan, dan keluarnya lendir (mukus).
Estrus
Setelah melewati periode proestrus, sapi akan memasuki periode estrus. Pada periode ini, terdapat peningkatan produksi hormon LH (leutinizing hormone), FSH (follicle stimulating hormone) dan esterogen. Periode estrus hanya berlangsung singkat, sekitar 15-18 jam.
Perubahan yang dapat diamati ialah vulva terlihat lebih bengkak dan merah dibandingkan pada periode sebelumnya. Lendir yang keluar mulai menunjukkan warna kemerahan. Perlu diketahui bahwa ovulasi belum terjadi pada fase ini.
Ovulasi baru terjadi 8-10 jam setelah estrus selesai, yakni ketika sapi memasuki masa metestrus. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk melakukan inseminasi buatan 5-6 jam sebelum estrus selesai.
Sperma sapi memiliki masa hidup 18-24 jam, sehingga diharapkan fertilisasi antara sperma dan sel telur dapat terjadi terjadi saat sapi betina berada dalam periode yang sangat subur.
Metetrus
Periode metetrus umunya terjadi 3-4 hari. Tak hanya ovulasi yang terjadi pada periode ini, namun biasanya terjadi pendarahan setelah ovulasi berakhir. Pendarahan ini disebabkan karena kadar progesteron yang diproduksi sapi sangat tinggi sedangkan esterogen yang diproduksi menurun.
Namun, tidak keluarnya darah bukan berarti kehamilan tercapai. Keluarnya darah juga bukan berarti ovulasi telah terjadi, karena fenomena pendarahan ini hanya menunjukkan bahwa masa estrus telah berakhir. And perlu juga memahami tanda-tanda sapi hamil.
Diestrus
Periode terakhir ialah diestrus, dimana pada periode ini semua hormon yang dihasilkan berkurang. Apabila kehamilan tidak tercapai, maka sapi akan siap memasuki kembali masa proestrus, namun apabila kehamilan tercapai maka fase estrus tidak akan terjadi sampai proses kelahiran.
2. Infeksi Salmonella
Sama seperti pada manusia, infeksi salmonella pada sapi menunjukkan gejala demam tinggi dan diare parah yang disertai darah dan lendir (mukus). Sapi betina yang terinfeksi berdampak kematian dan anakan mati.
Infeksi ini sangat serius dan dibutuhkan tindakan langsung. Pengobatan dapat berupa antibiotik, obat anti inflamasi non steroid, dan cairan yang mengandung elektrolit.
3. Pendarahan Saluran Pencernaan
Selain karena infeksi salmonella, pendarahan saluran pencernaan (hemorrhagic bowel syndrome) merupakan penyebab terjadinya pendarahan pada sapi. Penyakit ini merupakan pendarahan besar yang terjadi di usus halus dan menyebabkan terbentuknya gumpalan darah.
Hal ini akan berdampak pada kekurangan darah, kegagalan organ, dan kematian sel saluran pencernaan. Penyakit ini ditandai dengan perilaku depresi, tidak nafsu makan, produksi susu berkurang, dehidrasi, dan keluarnya gumpalan darah pada feses.
Penyebab terjadinya pendarahan ini ialah penurunan sistem imun sapi, oleh karena itu sangat penting untuk memberikan vitamin pada sapi secara rutin. Pendarahan ini juga menjadi penyebab berat badan sapi menurun.
4. Toksin
Pendarahan pada sapi juga dapat disebabkan karena toksin T-2. Toksin ini dihasilkan oleh jamur yang hidup di biji-bijian, konsentrat, dan beberapa sayuran hijau. Toksin T-2 mampu mengiritasi saluran pencernaan dan merusak usus.
Apabila sapi mengkonsumsi makanan yang mengandung toksin T-2 dalam jumlah yang besar, sapi akan terlihat tidak nafsu makan, produksi susu berkurang, diare yang disertai pendarahan, berkurangnya fungsi imun, dan berakhir kematian.
Jika sapi Anda terindikasi mengkonsumsi toksin T-2, segera eliminasi pakannya atau campurkan toxin binder (adsorban) pada pakannya.