Kamboja merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang diketahui kaya akan keanekaragaman hayati dan satwa. Berbatasan dengan Thailand, Laos dan Vietnam, Kamboja dilewati oleh Sungai Mekong, dipenuhi oleh hutan dataran rendah, dan dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan.
Sayangnya, saat ini semakin banyak satwa liar asal Kamboja yang terancam punah dan harus dilindungi. Sama seperti banyak negara, Kamboja memiliki tantangan besar dalam melawan deforestasi, pembangunan dan perburuan liar.
Walaupun begitu, masih banyak wilayah di Kamboja yang masih asri dan Kamboja masih dijadikan destinasi wisata bagi turis pecinta alam. Berikut merupakan satwa asal Kamboja yang Anda perlu ketahui.
1. Kouprey
Kouprey yang artinya sapi hutan dalam Bahasa Indonesia, merupakan hewan asal Kamboja yang dijadikan sebagai hewan nasional Kamboja pada tahun 2004. Penampakannya menyerupai Banteng Jawa yang mungkin pernah kita jumpai karena memang kedua hewan ini memiliki kekerabatan yang dekat.
Kouprey memiliki tinggi mencapai 1.9 meter, panjang tubuh 2 meter, dan berat 600-900 kilogram. Hewan pemakan rumput ini hidup dalam kawanan yang terdiri dari sapi, anak sapi, bahkan banteng dan umumnya dipimpin oleh satu kouprey betina.
Hewan ini dimasukkan ke dalam daftar merah IUCN degan kategori kritis, dan kemungkinan punah. Hal ini menjadikan kouprey sebagai salah satu spesies mamalia yang paling terancam di dunia. Kouprey terakhir di lihat pada tahun 1970, yang artinya hewan ini sudah menghilang hampir 51 tahun.
Perang Indochina merupakan salah satu penyebab berkurangnya populasi kouprey, begitu juga pembangunan agrikultur yang menyebabkan hilangnya habitat kouprey. Namun, penyebab utama hewan ini terancam punah ialah pemburuan liar. Tanduk dan tengkorak dari kouprey dianggap sebagai simbol kekuasaan.
2. Ibis Raksasa
Burung ibis raksasa merupakan burung nasional dari Kamboja. Burung ini disebut sebagai burung raksasa karena merupakan spesies ibis terbesar di dunia. Ibis pada umumnya memiliki tinggi rata-rata 50-60 centimeter dan berat 0,3-2 kilogram, namun tinggi rata-rata ibis raksasa mencapai 100 centimeter dan berat 4 kilogram.
Sama seperti ibis pada umumnya, ibis raksasa hidup dalam koloni dan dapat dijumpai di bagian utara provinsi Preah Vihear, Kamboja. Sayangnya, hewan ini juga dikategorikan oleh IUCN sebagai hewan yang keberadaannya kritis.
Beberapa hal menarik tentang ibis raksasa ialah ibis jantan dan betina secara bergantian menginkubasi telur dan memberi makan anak. Selain itu, burung ibis mampu membedakan makanan hanya dengan paruhnya saja. Hal tersebut disebabkan karena ibis memiliki sensor di dalam paruhnya.
3. Sun Bear
Sun bear merupakan spesies beruang terkecil di dunia. Beruang ini memiliki moncong dan bulu yang pendek, cakar yang tajam dan melengkung, serta lidah yang panjang. Fitur tubuh ini diketahui merupakan bentuk adaptasi sun bear yang hidup di atas pohon.
Sun bear merupakan hewan pemakan serangga seperti rayap, dan belatung, serta madu. Hewan ini dikenal sebagai sun bear karena corak bulu di bagian dada yang membentuk setengah lingkaran dan berwarna oranye yang menyerupai matahari. Sun bear dapat dijumpai di provinsi Ratanakiri dan Mondulkiri, Kamboja
Sun bear dikategorikan oleh IUCN sebagai spesies rentan. Beruang ini diburu untuk dijadikan peliharaan eksotis dan untuk dijadikan salah satu bahan obat tradisional Kamboja. Selain itu, deforestasi dan pembangunan agrikultur juga menyebabkan sun bear kehilangan habitatnya.
4. Sunda Pangolin
Sunda pangolin atau dikenal juga sebagai trenggiling bersisik, merupakan hewan unik yang dapat menggulungkan tubuhnya jika berada dalam situasi berbahaya. Walau memiliki tampilan menyerupai trenggiling, keduanya memiliki kekerabatan yang sangat jauh.
Klasifikasi terdekat yang pangolin miliki bersamaan dengan trenggiling ialah kelasnya, yakni kelas mamalia. Sisik dari pangolin yang menjadikan spesies ini sangat unik. Perlu diketahui bahwa sisik pangolin merupakan gumpalan rambut yang tersusun atas keratin.
Pangolin memiliki indera penciuman yang luar biasa kuat, namun penglihatan yang sangat kurang. Hewan ini juga memiliki lidah yang panjang dan air liur yang lengket untuk memakan serangga yang berada di pepohonan.
Sunda pangolin dikategorikan kelompok hewan kritis oleh IUCN. Hewan ini bersamaan dengan pangolin pada umumnya merupakan hewan yang paling banyak diperdagangkan di seluruh dunia sehingga termasuk sebagai hewan langka di Asia Tenggara, baik karena sisiknya yang unik serta dagingnya yang dipercaya memiliki khasiat sehingga dijadikan obat tradisional.
5. Pesut Irrawaddy
Pesut Irawaddy atau sering kita kenal juga sebagai Pesut Mahakam, merupakan pesut berukuran kecil dan berkepala bulat yang menempati Sungai Mekong dan Sungai Mahakam. Pesut pemakan ikan dan krustasea ini hidup secara berkelompok dan menghabiskan waktu mereka untuk mencari makan.
Hubungan masyarakat Kamboja dengan hewan ini dapat dibilang baik. Masyarakat Kamboja dan Laos memiliki kepercayaan bahwa pesut ini merupakan reinkarnasi dari buyut mereka. Pesut ini juga dianggap sebagai penyelamat penduduk yang tenggelam di sungai mekong, serta melindungi penduduk dari serangan buaya.
Namun, dalam 40 tahun, sejak penangkapan ikan dilakukan menggunakan peledak, populasi pesut ini semakin berkurang. Kini, pesut ini dikelompokkan oleh IUCN sebagai spesies genting dan tak hanya di Kamboja saja, hewan ini juga merupakan hewan langka di Kalimantan.