Cacing tanah ini pada dasarnya merupakan salah satu jenis EF (Ekstra Fooding) yang sering kali diberikan oleh sebagian besar para penggemar burung kicau pada burung kicau kesayangannya seperti pada Burung Murai Batu, Anis Merah, Burung Kacer dsb. hal tersebut di karenakan jenis dari pakan ini memiliki sebuah Khasiat dan Manfaat yang tentunya sudah banyak di akui untuk meningkatkan suara berkicau burung dan paling utama untuk Burung Murai Batu, dalam hal ini tentunya ada banyak sekali jenis cacing tanah yang bisa anda berikan pada burung kicau kesayangan anda.
Di antara sekian banyak cacing tanah, yang cocok diberikan untuk burung murai batu ada beberapa jenis. Pertama, Cacing Merah (Lumbricus Rubellus), Cacing Bayam (Eisenia SP), dan Cacing Tanah (Lumbricus Terestris). (Baca juga penyakit kulit pada burung murai)
Cacing tanah adalah sumber protein yang sangat tinggi dan karenanya banyak orang yang menggunakan dan memberikan cacing tanah ini untuk burung-burung yang enggan berkicau. Kandungan protein cacing tanah jenis Lumbricus Rubellus hingga mencapai 76%, jauh lebih tinggi dari daging ikan, daging mamalia, dan rajungan.
Selain itu, cacing ini juga mengandung asam glutamate 8.98 %, treonin sebanyak 3.28%, lisin 5.16%, dan glycine sebanyak 3.54%. Cacing tanah juga mengandung tryptophan sebanyak 4,4%, arginin sebanyak 10,7%, dan tyrosin sebanyak 2,25%. (Baca juga obat untuk burung murai stres)
Cacing tanah ini sangat baik jika diberikan pada burung Murai Batu sebab tidak hanya bisa membuatnya menjadi semakin gacor dan selalu produktif beranak-pinak di sangkar penangkaran. Cacing tanah juga bisa membuat ekor burung Murai Batu yang pendek menjadi lebih panjang. Hal ini tidak lepas dari kandungan cacing tanah yang memang sangat bagus untuk pertumbuhan ekor burung Murai Batu tersebut.
Pemberian Cacing Tanah untuk Murai batu tentu saja harus diberikan secara rutin namun ini tidak diberikan pada setelan harian. Pemberian Cacing Tanah harus dilakukan pada saat burung Murai Batu bodol atau mabung. Namun pastikan, saat Anda memberikan Cacing Tanah ini, kondisi bulu burung sudah mulai tumbuh, khususnya ekor. Jika belum tumbuh atau bahkan mungkin belum jatuh, sebaiknya pemberian Cacing Tanah ini harus dipending.
Untuk cacing yang berukuran besar seperti Cacing Tanah (Lumbricus Terestris) sebaiknya dipotong-potong terlebih dahulu lalu bersihkan bagian dalamnya lalu berikan. Sedangkan untuk cacing yang mempunyai ukuran lebih kecil, sebaiknya cacing direndam terlebih dahulu supaya isi dan kotoran cacing tersebut keluar terlebih dahulu.
Esok harinya, cacing baru boleh diberikan pada burung. Pemberian cacing ini tidak boleh dilakukan setiap hari namun setidaknya dua hingga kali dalam seminggu. Sementara itu, selama Anda memberikan cacing, rawatan harian untuk Murai Batu yang mabung diteruskan. Jangan sampai Anda mengabaikannya karena bisa menghambat proses mabung.
Di bawah ini merupakan 5 fakta tentang Murai Batu atau Kucica hutan yang harus diketahui. Mari kita simak ulasannya!
1.Dapat menirukan kicauan burung lain
Selain temperamen Murai juga merupakan burung yang kocak. Hewan cantik berekor panjang ini mampu menirukan kicauan burung lain yang ia dengar. Tidak hanya meniru, suara Murai Batu bahkan lebih lantang dan nyaring daripada kicauan burung yang ditirukannya. Inilah mengapa pada setiap kompetisi kicau burung, Murai cenderung lebih unggul dibanding lawannya. (Baca juga obat untuk burung murai lumpuh)
2. Mudah jinak dan patuh pada pemiliknya
Meskipun habitat asli Murai Batu adalah hutan dengan pepohonan yang tinggi, tetapi ketika menjadi hewan peliharaan burung ini mudah beradaptasi dengan tempat tinggal baru atau sangkar burung. Tidak heran jika hewan ini banyak diburu. Karena selain suara dan nilai jualnya yang tinggi, Murai juga bisa dijadikan hewan peliharaan yang jinak dan patuh.
Di antara semua jenis Murai Batu yang ada di Indonesia, Murai Batu Medan merupakan salah satu jenis murai yang paling banyak digemari para pecinta burung. Dibandingkan Murai lainnya, kicauan Murai Batu Medan memang lebih merdu.Secara fisik hewan ini juga memiliki tubuh yang lebih indah. Murai Batu Medan memiliki tubuh gagah dengan ekor dengan panjang yang melebih panjang tubuhnya sendiri.
3. Memiliki 3 warna bulu yang berbeda
Kecantikan Murai Batu terletak pada 3 warna bulu yang terdapat pada tubuhnya. Murai memiliki bulu berwarna hitam yang menutupi hampir semua bagian tubuhnya kecuali bagian badan bawah yang memiliki bulu dengan gradasi warna merah-jingga dan bagian kepala yang dihiasi bulu bersemburat biru. (Baca juga cara ternak burung murai ekor panjang)
Pada beberapa jenis murai, bagian ekornya yang panjang juga dihiasi beberapa bulu putih yang cantik. Panjang ekor Murai biasanya berkisar antara 8 sampai 23 cm. Sedangkan untuk Murai Batu Medan, panjang ekornya bisa mencapai 30 cm melebihi panjang tubuh burung itu sendiri.
Dalam banyak kasus, burung murai batu rata-rata akan mengalami masalah jika mengalami perubahan perawatan, atau pola perawatannya tidak teratur. Namun gangguan kesehatan pada murai batu juga bisa muncul karena faktor lain di luar perawatan.
4. Burung murai batu sering mengangkat kaki sebelah / pincang
Masalah umum lainnya dan sering dialami burung murai batu adalah burung sering mengangkat sebelah kakinya atau pincang. Hal ini biasanya terjadi pada burung yang disimpan dalam sangkar harian, dan jarang terjadi pada burung yang berada dalam kandang penangkaran.
Gangguan ini biasanya disebabkan beberapa hal berikut ini:
- Otot kaki burung mengalami kram atau kejang, lantaran kurang aktif atau penyebab lainnya seperti sangkar terlalu kecil, atau tenggeran yang kurang pas dalam cengkeraman telapak kaki burung.
- Terdapat luka pada bagian kuku jari kaki burung. Ini biasanya sering menimpa burung yang memiliki kuku-kuku cukup panjang, sehingga mengganggu gerakannya.
- Terdapat luka pada bagian telapak kakinya. Ini biasanya akibat kaki burung cedera karena tertusuk duri, potongan kayu yang kecil (kesura), atau karena infeksi dari jamur atau penyakit bubulan.
5. Hilangnya nafsu makan dan kotoran burung yang bercampur lendir
Burung murai batu yang kehilangan nafsu makan biasanya mengalami gangguan atau masalah pencernaannya. Hal ini biasanya terjadi karena:
- Burung keracunan pakan, misalnya makan serangga di luar pakan hariannya, mengkonsumsi makanan yang sudah basi / kadaluarsa ( kroto atau voer sudah basi dan berjamur), atau air minum terkontaminasi bakteri dan jamur.
- Burung stres berat, terutama pada murai batu bakalan yang baru didapatkan, atau akibat lainnya seperti stres karena kalah mental, terjatuh dari sangkar, dan terganggu oleh binatang lain seperti kucing.
- Perilaku perawat yang tidak menjamin kebersihan sangkar dan burung. Misalnya jarang membersihkan kotoran dan memandikan burung, sehingga burung rentan terkena penyakit yang bersumber dari bakteri, virus, atau parasit yang mengganggu tenggorokan dan organ pencernaannya.