12 Cara Mengatasi Penyakit pada Udang Windu

Usaha proses benih dan perkembangan awal budidaya udang windu dilakukan untuk menutup kebutuhan benih di tambak yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah benih yang tersedia di alam.

Berbagai masalah timbul dalam usaha proses benih dan perkembangan awal, meningkatkan daya pikir dan semangat para pengelola untuk menghadapi segala resiko yang ada.

Salah satu masalah yang sering adalah serangkaian penyakit, baik dalam proses proses benih dan perkembangan awal maupun proses pembesaran di tambak. (Baca juga mengenai cara mengatasi diare pada udang vaname)

Masalah penyakit ini sebagaian besar terjadi dan mempengaruhi produksi udang pada tingkat proses benih dan perkembangan awal. Beberapa cara pengobatan dilakukan, tetapi perlu diketahui bahwa tindakan pengobatan pada dasarnya merupakan suatu usaha yang tidak diutamakan untuk diterapkan dalam proses benih dan perkembangan awal atau pembesaran udang.  (Baca juga mengenai cara membuat pakan udang vaname)

Tindakan yang paling tepat dalam menangani masalah penyakit adalah tindakan pencegahan. Namun jika sudah telanjur terkena penyakit, maka harus segera dilakukan tindakan penyembuhan. Berikut 12 Cara Mengatasi Penyakit pada Udang Windu.  (Baca juga mengenai cara ternak udang kara)

1. Pengobatan Secara Mekanis

Pengobatan cara mekanis yaitu cara pengobatan yang dilakukan pada saat pengeringan rehabilitasi kolam, dengan cara mencari, menangakap, dan mematikannya, sehingga penyebabpenyakit langsung segera diatasi dan dihilangkan, namun untuk kolam yang sukar dikeringkan maka alteranatif lain adalah dengan cara kimiawi.  (Baca juga mengenai cara budidaya udang vaname tanpa kincir)

2. Pengobatan Secara Kimiawi

Pengobatan secara kimiawi yaitu suatu cara pengobatan yang umum dilakukan yaitu dengan bantuan racun nabati dan pestisida yang dianjurkan.  Penggunaan racun nabati untuk pengobatan hama kolam biasanya berupa perasan (ekstrak), sebagai contoh adalah rotenon (C23H22 O6) dan saponim,

yang  merupakan pestisida  yang bersifat selektif yang pada dosis tertentu bahan tersebut mematikan ikan tetapi tidak mematikan udang windu yang berpenyakit yang dibudidayakan.  (Baca juga mengenai budidaya udang vaname semi intensif)

3. Menggunakan Akar Tuba

Rotenone yang terdapat di dalam akar tuba (Dierrisellipica) dianggap yang paling efektif untuk memberantas benih penyakit dan penyakit yang memangsa udang windu yang berpenyakit daya racunnya lebih sempurna apabila salinitas (kadar garam) air kolam  rendah, sehingga diperlukan dosis yang lebih rendah. Cara Mengolah dan Menggunakan Akar Tuba untuk Pengobatan Penyakit Udang Windu :

  • Akar tuba yang kering yang telah di timbang sesuai dengan kebutuhan dipotong kecil kecil, direndam dalam air selama sehari semalam.
  • Kemudian ditumbuk apabila sudah hancur kemudian direndam dalam air dan diperas sampai air perasan menjadi putih.
  • Kemudian saring ampasnya, dan diambil air yang berwarna putih seperti susu dan berbau tajam (ekstrak) yang kemudian  langsung dapat langsung digunakan.

4. Pengolahan Kolam Sebelum Pengobatan

  • Setelah selesai tahap reklamasi, maka kolam diisi dengan air dengan ketinggian 30-40 cm.
  • Dipercikan secara merata ke seluruh air dengan dosis 10 kg/Ha.
  • Aplikasi yang tepat adalah pada waktu pagi hari.
  • Pengaruh akar tuba akan hilang setelah 2-5 hari.
  • Setelah satu minggu sudah siap untuk ditaburi benur kembali.

5. Menggunakan Saponim

Saponim yang terdapat dalam bungkil biji teh (Camellia cinensis) sangat efektif untuk memberantas penyakit buas bagi udang windu seperti siput dan ketam, ampas yang terdapat di dalam biji teh setelah diekstrsaksi mengandung 10-13%.

6. Cara Pengolahan dan Pemberian Saponim

  • Biji teh dikeringkan kemudian ditumbuk sampai halus ,
  • Kemudian direndam dalam air dan diperas peras agar saponimnya melarut (ekstrak).
  • Larutan saponim sudah bisa digunakan untuk pengobatan hama kolam.

7. Dosis Penggunaan Obat

Saponim yang terdapat dalam bentuk bungkil biji teh dosis pemakaiannya adalah 15-18 kg per hektar., dengan kedalaman air 10-15 cm. sedangkan dalam bentuk tepung biji teh dosis pemakainnya adalah 150 kg – 180 kg per hektar dengan kedalaman air rata – rata 30 cm.

Pemakaian pestisida yang sudah bi asa digunakan pada kolam udang windu yang berpenyakit adalah chemfish 5 EC dan Brestan 60 WP.    Pestisida chemifish 5 ec (emulsi fiableconcentrate) merupakan pestisida dengan bahan aktif rotenonen (C23H22O6) = 5 % yang berasal dari akar tuba (Derris elliptica). Efektif unutk membasmi ikan buas dan ikan liar yang mengganggu udang windu.

8. Menggunakan Chemfish

  • Kolam diisi dengan air dengan ketinggian kurang lebih 10 cm.
  • Kemudian chemifish 5 ec yang sudah diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:10 liter air, disemprotkan dengan sprayer secara merata di atas permukaan air.
  • Dosis yang dianjurkan adalah 3 liter chemifish 5 EC per hektar.

9. Pemberian Pestisida

Pestisida brestan 60 wp (wettable powder) adalah jenis pestisida organotion yang dalam lingkungan perairan akan terhidrolisis manjadi fentin hidroksida yang sangat efektif untuk membasmi hewan moluska, trispan dan siput yang mengganggu udang windu.

Dosis yang diperkenankan sebelum penebaran benur adalah 0,5 – 2,5 ppm dan sangat beracun pada salinitas yang tinggi (28-40 promil) dan suhu tinggi. Konsentrasi lethal (lc 50) brestan 60 wp adalah 0,96 ppm sedangkan untuk konsentarasi yang lebih aman adalah 0,36 ppm.

10. Hindari Pemberian Pakan Berlebihan

Pemberian pakan yang berlebihan dapat mengkibatkan tinggihnya kadar Amoniak karena terjadi akumulasi ( penimbunan) sisa makanan dan kotoran udang windu yang mengandung nitrogen amoniak sehingga berikan pakan secukupnya saja sesuai kebutuhan.

11. Memberikan Antibiotik

Antibiotik ini dapat diberikan  melalui percampuran dengan telur ayam atau telur bebek mentah denngan  perbandingan 1 butir telur untuk 10 kg pakan. Campuran telur dengan antibiotika disemprotkan pada pakan yang dikeringkan di tempat yang teduh lalu ditebar ke dalam kolam udang windu.

Dosis yang di anjurkan unutk penggunaan antibiotika adalah: Teramycin 30 mg/kg pakan, Erytromycin 40 mg / kg pakan, furanance /Tilocion 100 mg / kg pakan. Pemberian biotika dalam makanan dilakukan terus menerus 3 hingga 5 hari, kecuali bagi Furanance / Tylocin selama 14 hari

12. Penjagaan Kualitas Air

Lakukan pergantian air secara teratur agar mengurangi pemasukan bahan organik,  pemberian bahan stabilisator air seperti Zeolit (3-5 ppm), Dolomit atau Kaptan (2-3 ppm) dan menambah jumlah kincir air dapat dilakukan agar kandungan oksigen perairan meningkat serta pemberian formalin 25 ppm, Choramine T.5 ppm, dan uinnineBisulfate 5 sehingga udang windu kembali sehat dan terlindung dar penyakit.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat untuk sobat pembaca semua, sampai jumpa di artikel berikutnya, Terima kasih.