Pada proses perkembangan embrio pada hewan, terdapat tahap gastrula. Dimana pada fase ini jaringan dapat dibagi menjadi dua lapisan yakni endoderm dan eksoderm yang terjadi khususnya pada invertebrata.
Hewan yang mempunyai dua lapisan disebut dengan hewan diploblastik. Berikut merupakan contoh hewan diploblastik:
1. Hydra
Hydra merupakan anggota dari suku Cnidaria dan memiliki tubuh simetris radial, tentakel yang menyengat, ukuran tubuh kurang dari 15 mm, serta adanya usus sederhana dengan satu bukaan.
Salah satu penanda bahwa hewan ini termasuk ke dalam hewan diploblastik adalah tubung berbentuk tabung berongga dan terdiri dari dua lapisan sel yang dipisahkan oleh mesoglea.
Lapisan endoderm hewan ini berfungsi sebagai pensekresi enzim khususnya pada saat mencerna makanan. Sementara lapisan ektoderm menghasilkan knidosit yakni organel yang berfungsi sebagai penyengat. Hydra memiliki tentakel yang terletak pada mulut dan digunakan untuk menangkap mangsa.
Hal yang menjadikan hydra unik adalah sistem reproduksinya yang terjadi secara aseksual yakni dengan tunas, sementara reproduksi seksual dilakukan secara hermaprodit. Makanan utama hewan ini adalah larva serangga, dan crustacea kecil seperti kutu air dan udang.
Habitat hydra adalah perairan tawar dan bersifat sesil atau menempel pada vegetasi maupun substrat lainnya. Namun hydra masih dapat bergerak dengan menekuk tubuh atau menempel dengan tentakel, meskipun sebagian besar hidupnya dihabiskan dengan berdiam diri.
Hydra merupakan salah satu hewan anti penuaan namun dapat mati dengan luka atau cedera.
2. Ubur-Ubur
Ubur-ubur merupakan kelompok Cnidaria yang memiliki tubuh seperti jeli dan simetri radial. Tubuh ubur-ubur berbentuk seperti lonceng dengan tentakel pada bagian bawah tubuhnya. Knidosit pada tentakel mereka yang akan meledak ketika terdeteksi rangsangan mangsa.
Ukuran tubuh hewan dengan umur panjang ini bervariasi tergantung pada spesiesnya. Sebanyak 95% tubuh mereka dibentuk oleh air.
Lapisan tubuh hewan ini terdiri atas epidermis, mesoglea tengah, dan gastrodermis yang berasal dari 2 lapisan tubuh dasar sehingga termasuk hewan diploblastik. Ubur-ubur tidak memiliki sistem saraf pusat, sistem pernafasan, maupun peredaran darah.
Ubur-ubur melakukan lokomosi secara vertikal dimana tubuhnya dikelilingi oleh otot sirkular sehingga ketika ingin berpindah tempat, ubur-ubur mengkontraksikan ototnya dan menyemprotkan air ke arah berlawanan dari arah geraknya.
Ubur-ubur memiliki mata yang memiliki fungsi utama untuk menjaga orientasi dalam air. Perairan tropis menjadi habitat utama untuk ubur-ubur yang bersifat racun.
Makanan utama hewan ini adalah telur ikan, larva ikan, plankton, dan hewan mikro lainnya. Waktu hidup ubur-ubur bervariasi, untuk beberapa spesies hewan ini hanya bertahan beberapa jam.
3. Ubur-Ubur Sisir
Ubur-ubur sisir termasuk kedalam famili Ctenophora. Hewan ini memiliki dua lapisan sel utama yakni epidermis dan gastrodermis yang menjadikan ubur-ubur sisir salah satu dari hewan diploblastik.
Mesoderm yang terletak antara dua lapisan sel ini memberikan penampilan ubur-ubur sisir yang seperti agar-agar. Berbeda dengan ubur-ubur biasanya, ubur-ubur sisir ini memiliki sistem saraf tepi.
Gastrodermis berperan sebagai usus yakni tempat makanan dan sel reproduksi masuk ke dalam tubuh. Sementara mesoderm tersusun atas air dan berfungsi sebagai kerangka lunak karena mengandung sel otot, protein, dan sel saraf.
Ubur-ubur sisir terdiri atas tiga kelompok utama yakni Cydippids, Lobates, dan Beroid. Fitur unik dari hewan ini adalah memiliki bioluminescence yakni warna pancaran hijau atau biru yang dikeluarkan oleh penggunaan protein ketika terdapat rangsangan terutama sentuhan.
Struktur mirip sisir pada hewan ini adalah sel silia raksasa yang memfasilitasi ubur-ubur sisir untuk bergerak. Selain itu, hewan ini memiliki dua tentakel besar yang menyerupai jaring.
Ubur-ubur sisir termasuk karnivora dan memakan ikan kecil atau hewan yang melintas di sekitarnya. Untuk menangkap mangsa, hewan ini menggunakan colloblast yakni sel lengket yang berjajar di tentakel mereka.
4. Terumbu Karang
Terumbu karang atau koral merupakan bentuk simbiosis antara ganggang zooxanthellae dengan polip karang. Ganggang memberikan nutrisi bagi polip melalui fotosintesis sementara polip menyediakan ruang atau tempat bagi ganggang untuk hidup.
Struktur keras pada terumbu karang dibentuk oleh kalsium karbonat terlarut dalam air yang dimanfaatkan polip sebagai kerangka. Organisme hidup seperti ganggang dan polip hanya hidup di bagian atas rangka sementara di bawahnya merupakan kerangka karbonat.
Warna pada terumbu karang disebabkan oleh ganggang karena polip umumnya tidak berwarna atau transparan. Perlu diketahui bahwa tidak semua terumbu karang memiliki struktur berbatu.
Beberapa karang seperti karang api yang memiliki eksoskeleton dan sel menyengat, sehingga memberikan efek terbakar ketika ada yang menyentuhnya. Karang lunak atau octocoral tidak memiliki struktur kerangka dan memiliki penampilan seperti tanaman laut.
Karang hitam atau antipatharia termasuk kedalam karang lunak yang bercabang. Terumbu karang menjadi rumah bagi berbagai organisme laut seperti ikan, udang, kerang, dan lain sebagainya sehingga hewan ini memegang kunci penting dalam kehidupan laut.
Ketika terumbu karang musnah atau mati, hewan lain yang bergantung pada keberadaan terumbu karang akan ikut lenyap.
5. Anemon Laut
Selain terumbu karang, anemon laut yang termasuk Actiniaria ini merupakan salah satu hewan yang cenderung menetap atau tidak mobil meskipun terdapat beberapa anemon yang mampu merayap dalam air. Tubuh hewan ini berbentuk silinder dan mulutnya dikelilingi dengan tentakel.
Anemon sangat sensitif terhadap sentuhan sehingga ketika terdeteksi rangsangan, anemon laut akan mengeluarkan toksin yang dapat melumpuhkan mangsanya dan memakannya dengan bantuan tentakel yang ia miliki.
Ukuran tubuh hewan yang berkembang biak dengan membelah diri ini sangat bervariasi, namun anemon paling besar adalah Discoma dan Stoichatis yang tersebar di lautan tropis.
Anemon laut memiliki dua lapisan jaringan berbeda yang membentuk rongga usus dan epidermis sehingga hewan ini termasuk ke dalam hewan diploblastik.
Meskipun berkerabat dekat dengan terumbu karang, anemon tidak memiliki kerangka dan ukuran hewan ini dapat bertambah tidak seperti terumbu karang yang pertumbuhannya cenderung lambat. Makanan utama anemon laut adalah udang, kepiting, ikan kecil, Mollusca, dan kerang.