4 Penyebab Kelangkaan Gajah Sumatera

Gajah Sumatera merupakan salah satu spesies asli Indonesia yang terancam punah spesiesnya. Sebagai hewan purba yang satu ini memiliki proses berkembang biak atau masa kehamilan yang cukup lama, yakni mencapai 18 hingga 22 bulan lamanya.

Hal tersebut membuat spesies gajah ini pun makin menipis di alam liar, belum lagi pada saat sedang hamil mereka tiba-tiba mati karena faktor alam atau tindakan yang disengaja. Selain itu ada beberapa penyebab kelangkaan gajah sumatera lainnya yang penting diketahui juga.

1. Hilangnya Habitat

Penyebab kelangkaan gajah sumatera adalah hilangnya habitat dari mamalia darat terbesar di dunia tersebut. Kelangsungan hidup dari gajah ini memang tergantung pada pengelolaan habitat, dimana hal tersebut mencakup pengendalian vegetasi hutan, sumber-sumber air, tempat terbuka, tempat tidur, dan juga tempat mengasin.

Garam mineral ini menjadi salah satu syarat hidup Gajah Sumatera yang harus tersedia di alam. Gajah ini membutuhkan garam mineral yang berfungsi untuk membantu mereka dalam proses metabolism tubuh serta memperlancar proses pencernaanya.

Selain itu, garam mineral ini juga dibutuhkan Gajah Sumatera untuk memperkuat tulang, gading, gigi, serta menjaga daya tahan tubuhnya selama di alam liar. Dan untuk ketersediaan dari tempat ‘menggaram’ pada daerah jelajah Gajah Sumatera ini berpengaruh dalam menentukan tingkat kesejahteraan dari satwa besar tersebut.

Sehingga informasi soal kandungan garam mineral dalam tanah ini sangat dibutuhkan mereka untuk memenuhi kebutuhannya selama hidup. Ada banyak fungsi garam yang bisa anda ketahui, termasuk manfaat mandi air garam untuk kacer berikut.

2. Degradasi Lahan

Populasi Gajah Sumatera ini menurun drastic karena hilangnya habitat mereka serta adanya degradasi lahan. Hal ini membuat semakin meluasnya pemukiman manusia dan juga pengembangan perkebunan berskala besar, sementara lahan bebas untuk hidup dari para hewan seperti Gajah Sumatera ini pun semakin menyempit di habitat aslinya.

Seperti yang dilaporkan oleh Departemen Kehutanan pada tahun 2007 lalu, sekitar 83% habitat Gajah Sumatera ini menjadi wilayah perkebunan akibat adanya perambahan yang agresif. Daerah jajahan mereka yang semakin sempit, membuat berkurangnya lahan gajah untuk mencari makan.

Perlu anda ketahui, jika gajah ini memiliki daerah jelajah (home range) 32.4 – 166.9 KM persegi yang meliputi berbagai ekosistem, seperti hutan hujan, hutan rawa, dataran rendah, hutan gambut, hingga hutan hujan dataran pegunungan.

Dengan kondisi hutan dan lingkungan yang semakin rusak atau beralih fungsi, maka menjadikan gajah ini datang ke perkampungan untuk mencari makan yang mereka butuhkan. Dan hal seperti itulah yang menjadi penyebab hewan langka di Sulawesi atau beberapa daerah lainnya.

Pengurangan habitat gajah secara nyata ini karena berubahnya habitat gajah menjadi sebuah perkebunan monokultur yang menggusur habitat Gajah Sumatera. Selain itu hal ini juga menjadikan sekawanan gajah dalam blok-blok kecil di hutan, dan tak cukup menyokong kehidupannya dalam waktu yang lama.

Masalah seperti inilah yang mengharuskan adanya aksi seperti konservasi guna menghindari kepunahan dari Gajah Sumatera terus berlanjut di alam liar. Tekanan pada kawasan hutan untuk dialih fungsikan menjadi pemukiman ataupun perkebunan mengakibatkan luas kawasan asli hutan terus merosot setiap tahunnya.

Dan akhirnya gajah ini pun keluar dari habitat aslinya untuk mencari makan di pemukiman warga. Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi pada gajah, melainkan hewan langka di Kalimantan atau beberapa hewan lainnya juga mengalami hal demikian.

3. Perburuan Liar

Selain karena habitat aslinya yang semakin merosot, penyebab kelangkaan gajah sumatera ini juga tidak terlepas dari perdagangan liar. Pengaruh yang ditimbulkan oleh kejahatan ini adalah eksploitas besar-besaran pada jenis satwa yang bisa menyebabkan rusaknya habitat dan punahnya sejumlah spesies tertentu.

Gajah Sumatera ini termasuk kedalam satwa liar yang masih jadi sasaran perdagangan illegal yang mampu mengancam lebih parah kelestarian dari mamalia tersebut di habitat liar. Gajah Sumatera ini masuk kedalam kategori Apendiks I Cites bersama dengan hewan lain seperti Harimau, dan Badak.

Perburuan liar dari jenis hewan tersebut dilakukan untuk tujuan peliharaan, taring, kulit, dan gading. Hal-hal spesial dari hewan seperti itulah yang menjadikannya semakin terancam, tidak terkecuali penyebab kelangkaan harimau sumatera dimana kulitnya yang menjadikannya menarik untuk diburu.

Konservasi gajah dalam satu decade ini memang terus digiatkan di Sumatera, akan tetapi populasi dari Gajah Sumatera ini masih tetap berkurang yang disebabkan konflik antara manusia dan gajah yang terus berlanjut.

Dan hal tersebut rupanya menyebabkan kerumitan pengembangan strategi konservasi tanah yang berdampak pada Gajah tersebut. Dan selama tiga dekade kebelakang ini, konflik antara gajah dengan manusia menjadi salah satu penyumbang faktor penurunan Gajah Sumatera di habitat aslinya.

Konflik ini terjadi lantaran gajah mulai memasuki permukiman manusia, kawasan pertanian, dan menyebabkan kerusakan properti bahkan gajah liar ini juga tidak segan untuk menyakiti manusia yang mengganggunya.

Kurang lebih seperti itulah berbagai macam penyebab kelangkaan gajah sumatera yang harus anda ketahui agar setidaknya dapat menerapkan cara mencegah kepunahan hewan. Itu bertujuan agar hewan purba seperti itu tetap bisa terawat dan terjaga populasinya hingga beberapa tahun kedepan.