Badak merupakan salah satu binatang langka yang ada di Indonesia dan dilindungi karena keberadaannya yang terancam punah. Terdapat 5 jenis badak di dunia, dua diantaranya dapat ditemukan di Indonesia, yaitu Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus).
Beberapa ratus tahun yang lalu, Badak Jawa dan Badak Sumatera dapat hidup bebas dan tersebar di hutan-hutan yang tersebar di Indonesia hingga di bagian India Timur. Akan tetapi, perburuan besar-besaran yang terjadi pada abad ke-19 menyebabkan hilangnya sebagian besar populasi Badak Jawa dan Badak Sumatera. Faktor penyebab kepunahan hewan selain perburuan, termasuk Badak, karena hilangnya habitat asli mereka.
Meskipun sama-sama berasal dari Indonesia, kedua badak ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Berikut beberapa perbedaan dari Badak Jawa dan Badak Sumatera:
- Tampilan Fisik
Badak Sumatera memiliki telinga panjang yang menjuntai dan memiliki warna kulit coklat kemerahan yang sebagian besar ditutupi oleh rambut. Badak Sumatera merupakan jenis badak dengan ukuran tubuh yang paling kecil dibandingkan dengan jenis badak lain.
Badak Sumatera memiliki berat badan sekitar 600 hingga 850 kg, tinggi badan 1 sampai 1,5 meter, dan memiliki panjang badan sekitar 2 hingga 3 meter.
Sedangkan Badak Jawa memiliki warna kulit keabu-abuan, tidak berambut, dan memiliki kulit yang berlipat-lipat seperti pelat baja.
Badak Jawa juga memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan Badak Sumatera. Badak Jawa dapat tumbuh hingga 900-2.300 kg, dengan tinggi badan 1,5-1,7 meter, dan panjang badan 2-4 meter.
- Habitat
Badak termasuk dalam jenis satwa liar yang tidak boleh untuk dipelihara dan dibiarkan hidup secara bebas di alam terbuka, karena ada beberapa alasan satwa liar tidak boleh dipelihara, salah satunya karena dilindungi.
Badak Sumatera tinggal di hutan tropis yang lebat, baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi.
Pada masa-masa sebelumnya, Badak Sumatera dapat berkeliling hingga sejauh kaki peganunungan Himalaya Timur di Bhutan dan India timur, dengan melalui Myanmar, Thailand, bahkan diperkirakan juga melalui Vietnam dan Cina, dan juga melalui jalur , yaitu Semenanjung Malaya.
Habitat asli Badak Sumatera telah banyak hilang atau terdegradasi yang dikarenakan oleh spesies invasif, pembangunan jalan, atau pembukaan lahan baru. Hal ini misalnya terjadi pada Taman Nasional Bukit Barisan di Sumatera yang kehilangan sebagian besar wilayah hutannya dikarenakan dilakukan pembukaan ladang kopi oleh para pemukim ilegal.
Saat ini Badak Sumatera hanya dapat ditemukan di Bukit Barisan, Gunung Leuser, dan Taman Nasional Way Kambas, dan beberapa waktu belakangan juga ditemukan badak Sumatera dalam populasi yang kecil pada hutan di Kalimantan Tengah.
Sebelumnya, badak Jawa termasuk hewan yang hidup di daerah dataran tinggi, yaitu hampir pada semua gunung-gunung di Jawa Barat, diantaranya berada hingga diatas ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut.
Akan tetapi, untuk saat ini Badak Jawa hanya dapat ditemui di Taman Nasional Ujung Kulon, di Jawa Barat. Taman Nasional Ujung Kulon memiliki peran yang sangat besar dalam melestarikan Badak Jawa agar tidak menjadi hewan yang punah di Indonesia.
- Cula
Berbeda dengan badak jenis lainnya, Badak Sumatera memiliki dua cula. Cula pada bagian depan memiliki ukuran yang lebih besar (sekitar 25 hingga 79 cm). Sedangkan cula kedua memiliki ukuran yang lebih kecil (kurang dari 10 cm).
Badak Jawa jantan hanya memiliki 1 cula yang berukuran 25 cm, sedangkan pada Badak Jawa betina memiliki bentuk cula yang lebih kecil atau bahkan beberapa tidak memiliki cula sama sekali.
- Populasi
Saat ini diperkirakan hanya terdapat kurang dari 80 Badak Sumatera dan sekitar 75 ekor Badak Jawa. meskipun saat ini Badak Sumatera memiliki populasi yang lebih banyak dari Badak Jawa, eksistensi Badak Sumatera lebih terancam untuk punah karena hilangnya habitat asli mereka.
Badak Sumatera yang saat ini tersisa hidup dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki sedikit kemungkinan untuk satu kelompok dengan kelompok lain untuk dapat saling bertemu. Hal ini memicu terus berlanjutnya penurunan populasi Badak Sumatera di Dunia.
Badak Jawa memiliki jumlah populasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan Badak Sumatera, akan tetapi populasi ini mulai stabil dikarenakan adanya penjagaan yang ketat dari Unit Perlindungan Badak Jawa.
Penangkaran Badak Jawa di Ujung Kulon yang telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun berperan besar dalam peningkatan jumlah populasi Badak Jawa. IRF (International Rhino Foundation) bekerja sama dengan YABI (Yayasan Badak Indonesia) untuk membentuk habitat yang aman dan sesuai dengan Badak Jawa, sehingga memungkinkannya untuk dapat terus meningkatkan populasinya.
Sejak akhir tahun 1970-an, jumlah populasi Badak Jawa tampaknya stabil dengan angka maksimum pertumbuhan populasi 1% per tahun.
- Jenis Makanan
Badak Sumatera mengkonsumsi makanan yang sangat beragam. Menurut The International Rhino Foundation, Badak Sumatera mungkin mengkonsumsi lebih dari 100 jenis tanaman dengan variasi yang berbeda.
Badak Sumatera adalah penjelajah dan pemakan buah (khususnya mangga liar dan buah fikus), daun-daunan, ranting-ranting kecil dan kulit kayu.
Badak Jawa diketahui dapat lebih mudah beradaptasi untuk jenis makanan dibandingkan dengan jenis badak lain, termasuk dengan Badak Sumatera. Ketika berada di lingkungan hutan hujan tropis di mana saat ini mereka tinggal, Badak Jawa dapat mengkonsumsi makanan yang sangat bervariasi. Para ahli biologi menyatakan bahwa Badak Jawa kemungkinan mengkonsumsi lebih dari 300 jenis spesies yang berbeda.
- Usia Hidup
Badak Sumatera dapat hidup selama 35 hingga 40 tahun. Mereka memiliki masa kehamilan selama 15 hingga 16 bulan.
Keberlangsungan hidup Badak Jawa saat ini belum dapat dipastikan, akan tetapi kemungkinan Badak Jawa memiliki usia hidup 30 hingga 40 tahun. Usia kehamilan juga tidak diketahui, namun diperkirakan Badak Jawa memiliki usia kehamilan yang sama dengan Badak Sumatera, yaitu sekitar 15 hingga 16 bulan.