Distokia Pada Sapi : Penyebab, Gejala dan Penanganan

Distokia pada sapi

Distokia pada sapi, apa itu? Jadi, penyakit atau kondisi distokia ini merupakan sebuah hal yang berkaitan dengan kesulitan untuk melahirkan pada sapi. Kejadian ini diperkirakan sebesar 3,3% yang mana lebih banyak pada ternak sapi perah dibandingkan pada sapi potong. Sangat disayangkan sekali jika anda memelihara sapi tetapi mengalami distokia, kemungkinan besar akan mengurangi pundi-pundi hasil anda. Bagaimana tidak, jika tidak mungkin sekali distokia pada sapi anda tangani dengan sendirinya. Hal ini tetap memerlukan bantuan dari dokter dan memerlukan biaya penanganan.

Sapi adalah hewan ternak yang termasuk menjadi kebutuhan, misalnya untuk qurban. Artikel serupa yang sudah disampaikan yakni tips memilih sapi untuk kurban. Sapi sendiri mempunyai banyak jenis, mulai dari yang lokal sampai dengan jenis sapi import. Nah, untuk sapi yang import adalah golongan bertubuh besar, lebih gemuk dari yang biasa anda temui. Diantaranya adalah sapi limosin, brahman, dan beberapa jenisnya sudah disampaikan. Mungkin anda ingin menyimak ulang, yaitu mengenal karakteristik sapi chianina dan pakannya, mengenal karakteristik sapi brahman dan pakannya serta masih banyak lagi.

Kembali lagi tentang distokia pada sapi, kejadian ini umum melanda induk yang baru pertama kali beranak, induk yang masa kebuntingannya jauh melebihi waktu yang normal, induk yang terlalu cepat untuk dikawinkan, induk yang kurang bergerak, kelahiran kembar dan penyakit pada rahim yang lain. Distokia sendiri dapat disebabkan oleh faktor induk dan faktor anak (fetus). Adapun aspek induk yang mampu mengakibatkan kegagalan mengeluarkan fetus yakni gangguan pada rahim seperti rahim yang sobek. Jadi apa saja penyebab, gejala dan penanganan dari distokia ini, berikut rangkumannya.

Penyebab

Ada dua hal yang menjadi penyebab distokia yang di alami oleh sapi, yakni faktor lingkungan dan faktor intrinsik.

  • Faktor Lingkungan

Untuk faktor lingkungannya, ternak yang diberi makan yang jelek dan berada dalam kondisi yang buruk maka dapat memicu terjadinya kasus distokia yang tinggi, dan dapat mengurangi daya hidup pedet. Selain itu, masalah yang lainnya dari lingkungan adalah pemberian pakan yang terlalu banyak juga dapat meningkatnya berat fetus, timbunan lemak intrapelvis, dan beresiko besar mengalami distokia.

Akan tetapi pengurangan diet secara drastis pada beberapa minggu terakhir kebuntingan juga harus dihindari lantaran fetus akan terus tumbuh, sementara tubuh induk akan menjadi korban karena nutrisinya terserap ke fetus dan ujung-ujungnya tetap kesulitan saat masa persalinan. Ketahui juga tentang cara pencegahan bakteri brucello pada sapi.

  • Faktor Intrinsik

Sudah disampaikan di atas tentang penyebab dari faktor lingkungan, selanjutnya adalah dari faktor intrinsik. Diantaranya yang termasuk faktor intrinsik adalah usia yang sudah tidak produktif, berat badan berlebihan atau bahkan sangat kurang, ukuran pelvis induk yang kurang mendukung.

Sedangkan insiden distokia tinggi terjadi pada sapi dara, yang dikawinkan sewaktu muda, dan pada kelahiran pertama sapi, tetapi hal ini dapat hilang seiring bertambah besarnya induk. Diameter pelvis serta area pelvis juga meningkat seiring pertumbuhan dari berat badan sang induk. Jarak eksternal diantara tuber coxae juga harus lebih besar dari 40 cm sebelum sapi dara akan dikawinkan.

Gejala

Beberapa gejala dari distokia yang harus anda perhatikan dan waspadai adalah sebagai berikut:

  • Pada tahap pertama kelahiran cukup lama dan tidak progresif.
  • Posisi sapi saat berdiri dengan postur abnormal selama tahap pertama kelahiran.
  • Terjadi pengejanan kuat selama 30 menit tanpa munculnya anak sapi sedikitpun.
  • Kegagalan anak sapi untuk dikeluarkan dalam waktu kurang lebih 2 jam setelah amnion tampak pada vulva induk.
  • Malpresentasi, malpostur dan atau maldiposisi yang sangat nyata. Misalnya yakni tampaknya kepala fetus tanpa kaki depan, ekor tanpa kaki belakang, kepala dan juga salah satu kaki depan.
  • Cairan amnion tercemar dengan darah pada vulva induk. Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa hipoksia fetus kemungkinan ada dan kematian fetus telah terjadi secara nyata.

Penanganan

Bagaimana cara penanganannya? Langkah penanganan distokia pada sapi bisa melalui 6 cara yaitu:

  • Mutasi, alias nmengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara didorong (ekspulsi), diputar (rotasi) dan ataupun ditarik (retraksi).
  • Penarikan paksa, mungkin sedikit lebih menyakitkan. Tetapi ini dilakukan apabila rahim lemah dan fetus tidak ikut bereaksi terhadap perejanan.
  • Pemotongan fetus atau (fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur fetus yang abnormal tidak bisa lagi untuk diatasi dengan mutasi/penarikan paksa dan keselamatan induk yang diutamakan.
  • Operasi Sesar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir yang bisa anda terapkan apabila semua cara tidak berhasil. Operasi ini dilakukan dengan langkah pembedahan perut (laparotomi) menggunakan alat dan kondisi yang steril.

Jika hal ini terjadi pada sapi anda, sebaiknya langkah atau alternatif yang diambil adalah dengan melakukan operasi sesar. Selain lebih cepat, operasi menjadi cara yang tidak terlalu menyakiti sapi dibandingkan melakukan penarikan paksa. Operasi akan memberikan obat bius agar sapi tidak merasakan kesakitan. Dan langkah operasi ini dilakukan ketika kondisi sudah cukup parah, seperti cara mengobati sapi sesak nafas juga demikian. Seperti itulah yang bisa disampaikan, semoga bermanfaat.