Dari tahun ke tahun perkembangan genetik hewan ayam broiler cukup pesat. Perkembangan tersebut ditujukan untuk menghasilkan hewan ayam dengan karakteristik unggul dalam upaya memenuhi kebutuhan akan protein hewani yang harus didapat dengan biaya yang relatif lebih murah dan kecepatan pemenuhan yang tinggi dengan kualitas daging yang baik.
Di samping keunggulan tersebut, ternyata hewan ayam broiler memiliki sisi kelemahan terutama yang terkait dengan kesehatan dan tingkat sensitivitas terhadap penyakit. Hal tersebut timbul akibat tingkat stres yang lebih tinggi sebagai kompensasi pertumbuhan yang terlalu cepat. (Baca Juga: Cara Memilih Bibit Ayam Petelur)
Kondisi ini semakin diperparah dengan pelaksanaan manajamen pemeliharaan yang konvensional atau sistem pemeliharaan yang masih mengacu pada pemeliharaan beberapa tahun yang lalu tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya diinginkan broiler untuk saat ini. Kebiasaankebiasaan pemeliharaan yang tidak berubah dan tidak mengikuti perkembangan yang ada akan menjadi bumerang terhadap proses produksi. (Baca Juga: Cara Beternak Ayam Petelur Tanpa Kandang)
Kelemahan yang ada, seperti kesehatan dan tingkat sensitivitas terhadap penyakit dapat diatasi dengan meningkatkan sanitasi (biosecurity) dan manajemen pemeliharaan. Sanitasi kandang menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan secara terpadu, baik dalam masa istirahat kandang maupun selama dalam proses pemeliharaan. Tujuannya untuk menekan jumlah kuman dan bibit penyakit yang ada di sekitar lingkungan hewan ayam. (Baca Juga: Cara Mudah Ternak Ayam Batik)
Hewan ayam dengan kondisi sehat dan produksi baik sekali pun sebenarnya tidak luput dari “intaian” bibit penyakit. Ketika kondisi hewan ayam sehat dan kondisi lingkungan yang nyaman karena penerapan manajemen pemeliharaan yang baik, bibit penyakitnya bisa dikendalikan sehingga tidak bisa menginfeksi hewan ayam. (Baca Juga: Kendala dalam Usaha Ternak Ayam Petelur)
Sistem manajemen pemeliharaan yang kurang baik, seperti penebaran sekam yang tidak memperhatikan waktu dan cara penebaran, layar yang sudah rusak dan bocor, tingkat amoniak yang tinggi di dalam kandang, dan kepadatan yang tinggi harus dihindari. Manajemen yang buruk tersebut akan memicu stres. (Baca Juga: Yang Harus Diperhatikan Sebelum Memelihara Ayam Kampung)
Tingkat stres yang tinggi akan mempengaruhi secara langsung terhadap sistem kekebalan tubuh. Hal ini dikarenakan sistem hormonal di dalam tubuh hewan ayam akan memproduksi suatu cairan yang akan menghambat terbentuknya sistem kekebalan tubuh dan antibodi.
Tolak ukur semua kebutuhan hewan ayam broiler untuk saat ini pun bukanlah berdasarkan umur, tetapi performance produksinya, yaitu berat badan, baik itu kebutuhan terhadap temperatur, kepadatan, jumlah peralatan, dan jumlah oksigen di dalam kandang. Sebagai contoh, terjadi perbedaan dalam penentuan perluasan area brooding.
Awalnya, penentuan pergeseran kandang (perluasan area brooding) dan penambahan peralatan (tempat pakan dan minum) berdasarkan umur hewan ayam. Kini pergeseran (perluasan area brooding) dan penambahan tempat pakan dan minum berdasarkan kebutuhan. Jika kondisi hewan ayam sudah padat, area kandang harus segera dilebarkan dan ditambah tempat pakan dan minumnya.
Apa yang dimaksud dengan hewan ayam broiler? Hewan ayam broiler adalah salah satu jenis hewan ayam ras yang dipelihara untuk diambil dagingnya. Ciri khas hewan ayam ini pertumbuhannya yang pesat. Saking pesatnya, hewan ayam ini sudah bisa dipanen atau dikonsumsi pada umur 40 hari sejak ditetaskan. Bahkan saat ini sudah banyak strain yang bisa dipanen pada umur 35 hari.
Hewan ayam broiler dipercaya sebagai hasil domestikasi dari hewan ayam hutan merah (Gallus gallus), oleh karena itu disebut sebagai Gallus gallus domesticus. Hewan ayam broiler memiliki daging yang lebih empuk dan mudah untuk diolah. Namun bila proses perebusannya terlalu lama dagingnya mudah hancur.
Berbeda dengan hewan ayam buras (hewan ayam kampung), hewan ayam broiler diperbanyak dan dipelihara secara industrial. Terdapat dua level budidaya hewan ayam broiler, level pertama budidaya indukan (parent stock) dan anak hewan ayam (Day Old Chicken, DOC). Level ini biasanya dilakukan oleh industri-industri besar. Dan level kedua adalah pembesaran, biasanya dilakukan oleh peternak-peternak skala kecil hingga menengah.
Pada level pertama, diperlukan keahlian khusus yang ditunjang peralatan canggih. Di Indonesia sendiri budidaya ini hanya dilakukan beberapa perusahaan besar saja seperti Charoen Pokphand, Java Comfeed, CJ Feed dan Sierad. Budidaya hewan ayam broiler pada level ini bertugas menjaga dan memperbaiki kualitas strain. Hasilnya berupa DOC yang didistribusikan kepada petani-peternak untuk dibesarkan.
Hewan ayam broiler di Indonesia
Hewan ayam broiler pertama kali di budidayakan di Indonesia pada tahun 1950-an. Namun mulai populer sejak tahun 1980-an. Sebelumnya, kebutuhan daging hewan ayam di Indonesia dipenuhi dengan hewan ayam buras seperti hewan ayam kampung.
Namun budidaya hewan ayam kampung tidak bisa memenuhi permintaan daging hewan ayam karena produksinya lumayan lama, baru bisa dipanen setelah berumur 8 bulan. Meski saat ini ada juga jenis hewan ayam kampung yang bisa dipanen pada umur 2,5 bulan.
Pertumbuhan yang lambat membuat usaha budidaya hewan ayam kampung tidak ekonomis. Di sisi lain, konsumen belum bisa menerima tekstur dan rasa daging hewan ayam broiler. Sejak tahun 1981, pemerintah gencar mempromosikan hewan ayam broiler. Langkah ini diambil untuk mengejar kecukupan kebutuhan protein masyarakat. Dimana daging dari ruminansia mulai langka dan harganya mahal. Sedangkan pertumbuhan hewan ayam kampung sangat lambat. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai bisa menerima daging hewan ayam broiler karena harganya yang relatif lebih murah.
Kini budidaya hewan ayam broiler banyak dilakukan dengan skema bisnis kemitraan. Dimana industri besar menyediakan mulai dari bibit, pakan, obat-obatan, terkadang hingga ke pemasaran. Sedangkan peternak mitra fokus di usaha pembesaran. Skema seperti ini banyak menyulut kontroversi karena posisi peternak sangat lemah dibanding perusahaan.
Jenis strain hewan ayam broiler
Lalu apa saja jenis-jenis stain hewan ayam broiler dan mana yang paling baik dibudidayakan di Indonesia? Perkembangan teknologi penyilangan dan genetika dalam menghasilkan strain hewan ayam broiler sangat dinamis. Ada kalanya pada waktu tertentu satu strain hewan ayam broiler lebih unggul dibanding strain lain, tapi adakalanya lagi strain tersebut mengalami kelemahan.
Dari waktu ke waktu setiap strain mengalami peningkatan kualitas. Jadi, tidak bisa dikatakan jenis strain tertentu lebih unggul dari strain lain. Berikut ini beberapa jenis strain hewan ayam broiler yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
- Cobb
Strain cobb dikembangkan dan populer di lebih dari 60 negara. Strain ini memiliki fokus pengembangan untuk memperbaiki performa rasio pemberian pakan (Food Convertion Ratio, FCR). Secara genetik, strain ini dikembangkan untuk memiliki pembentukan daging dada. Mudah beradaptasi di lingkungan iklim tropis yang panas.
- Ross
Strain Ross dikembangkan untuk memiliki FCR yang efesien, pertumbuhan yang cepat dan daya tahan hidup yang lebih baik. Fokus pengembangan genetik diarahkan untuk memiliki kaki yang kuat sebagai penopang badan yang besar.
- Hybro
Strain hybro memiliki fokus pengembangan untuk ketahanan daya hidup. Performanya untuk daerah tropis cukup baik dan memiliki ketahanan terhadap penyakit ascites. Fokus pengembangan genetik pada hasil karkas.
Itulah Perkembangan Ayam Broiler Secara Genetik, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.