Udang Vaname atau Litopenaeus vannamei menjadi salah satu spesies yang dibudidayakan oleh produsen udang di Indonesia. Udang vaname juga merupakan jenis udang yang bisa dimakan.
Awalnya, udang Vaname dikenal dengan udang putih sebab kulit tipis yang menutupi tubuhnya berwarna putih kekuning-kuningan dan kakinya berwana putih juga.
Dalam beberapa catatan, Udang Vaname yang masuk ke Indonesia berasal dari Nikaragua dan Meksiko. Udang jenis ini pun sudah resmi dikenalkan kepada masyarakat sejak 12 Juli 2001. Sebagai varietas unggul , udang tambak ini memiliki beberapa kelebihan seperti:
- Lebih tahan terhadap penyakit
- Pertumbuhan lebih cepat
- Tahan terhadap fluktuasi kondisi lingkungan
- Waktu pemeliharaan relatif pendek yaitu sekitar 90-100 hari per siklus
- Tingkat survival rate (SR) atau derajat kehidupannya tergolong tinggi
- Hemat pakan
- Tingkat produktivitasnya tinggi
- dan, mampu memanfaatkan seluruh tempat di air mulai dari dasar tambak hingga lapisan permukaan.
Ketika proses pertumbuhan terjadi, fase molting sangat mempengaruhi keberhasilan tumbuh kembang udang vaname. Fase tersebut akan berlangsung secara alami dengan terjadinya pelepasan cangkang lama menuju yang baru. Pembentukan cangkang baru menyesuaikan dengan ukuran dan volume tubuh vaname.
Molting pada umumnya terjadi pada malam hari, dan untuk udang yang sehat akan mengalami proses pergantian kulit secara teratur. Bobot udang akan mengalami pertambahan setiap kali proses molting terjadi.
Ketika akan molting, udang vaname sering muncul ke permukaan air sambil meloncat-loncat. Kondisi karakteristik udang saat molting perlu dipahami oleh pelaku budidaya. Perlu diketahui, bahwa budidaya udang vaname bisa dilakukan secara tradisional dan modern.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan supaya proses molting lebih cepat. Berikut caranya:
1. Memahami Tahapan Nafsu Makan Udang Ketika Molting
Tahapan pertama ialah ketika udang akan molting atau pre-molting. Tubuh udang akan membesar karena menyerap air lebih banyak. Sehingga menyebabkan nafsu makannnya berkurang.
Pada fase ini cangkang udang akan mengeras. Sebelum terjadinya pengerasan cangkang udang, proses molting menjadi sangat riskan. Sebab sangat dengan mudah terkena berbagai infeksi penyakit dari serangan udang atau predator lainnya.
Maka dari itu, sebelum terjadinya proses molting harus memahami karakteristik dan fenomena udang yang siap molting.
Tahapan kedua, terjadinya proses kulit cangkang yang sedang dipersiapkan untuk dilepas. Tahapan ini disebut dengan fase inter-molt. Pada fase ini, kondisi nafsu makan udang mulai stabil atau berada pada tingkat maksimum.
Perubahan tubuh sudah mulai nampak pada fase ini seperti, perut udang mulai mengecil dan kepala membesar. Selain itu, udang lebih sering menggeliat bahkan melompat-lompat supaya memudahkan pelepasan cangkang dari tubuhnya.
Tahapan terakhir ialah, post-molt. Pada tahapan ini, biasanya udang akan terdiam lemas di dasar kolam selama 3-4 jam. Pada fase ini biasanya asupan makan udang sangat sedikit sekali
2. Mengontrol kondisi udang supaya tidak stres
Kondisi tubuh udang yang mengalami stres akan menimbulkan kematian dan gagal panen. Lingkungan dan pakan menjadi faktor penting saat molting.
Tingkat perubahan lingkungan seperti suhu yang tinggi akan menyebabkan udang mengalami molting dini. Selain itu, kualitas pakan yang buruk dan kondisi pH air juga akan membuat udang mengalami stress. Maka dari itu, supaya molting udang lancar perlu melakukan pengecekan secara berkala pada pH air tambak.
Kemudian, apabila terjadi penumpukkan bahan organik di area tambak akibat pemberian pakan yang berlebihan dan manajemen pengolahan air yang buruk akan menyebabkan udang mengalami proses molting dini secara bersamaan.Kendati begitu, perlu melakukan pengecekkan kondisi air secara berkala juga.
Untuk persoalan membuat pakan udang vaname sendiri, perlu menjaga kualitasnya supaya tidak ada udang yang diberi makan dengan kondisi yang berjamur atau bahkan lebih buruk dari itu.
3. Pemberian Nutrisi Tambahan
Kalsium dan fosfor menjadi nutrisi tambahan paling utama untuk udang. Pemberian nutrisi bisa dilakukan pada pakan dan juga air tambak. Nutrisi tersebut bisa membantu perkembangan cangkang baru. Selain itu, pemberian mineral, protein, dan zat-zat nutrisi lainnya juga sangat penting untuk mengoptimalkan proses molting.
Protein dan Chitin diperuntukkan dalam pembentukan kulit baru. Asupan tersebut berfungsi pada lapisan epidermis kulit udang. Setelah proses pembentukan kulit berlangsung, selanjutnya kulit yang baru terbentuk tersebut membutuhkan kalsium untuk proses pengerasan dan memperkuat kulitnya.